Seri Akhir Zaman Bagian ke-30

MENUJU " TATANAN DUNIA BARU " - 3



Di dua edisi sebelum ini kita telah melihat bagaimana antikris-antikris sedang dan telah mengobrak-abrik sejarah dunia sedemikian rupa untuk mempersiapkan Tatanan Dunia Baru. Kita juga melihat bagaimana beberapa gelintir orang dan pemimpin dunia namun sangat berkuasa sedang mengkam-panyekan tatanan dunia yang baru dengan alasan untuk menyelamatkan keadaan dunia yang telah dikacaukannya sendiri.
Pada edisi kali ini kita akan membahas pengertian Tatanan Dunia Baru, dan mengapa Tatanan Dunia Baru merupakan tanda akhir zaman?

Apa Tatanan Dunia Baru itu
Tatanan Dunia Baru = Akhir zaman
Tatanan Dunia Baru secara sederhana adalah “semua harapan mesianis dunia.” Apa artinya? Artinya adalah pengharapan dunia untuk terciptanya sebuah tatanan dunia yang lebih baik, keluar dari segala kekacauan yang selalu terjadi disepanjang sejarah umat manusia. Untuk menciptakan keadaan dunia yang ideal tersebut umat manusia harus bersatu, dan menantikan datangnya seseorang (mesias / juruselamat) yang sanggup memimpin seluruh umat manusia menuju dunia yang damai.
Kelihatannya memang tidak mungkin, namun para pemimpin dunia hari-hari ini sedang mengusahakan dan menantikan terciptanya hal tersebut. Masyarakat dunia sudah muak dengan segala kekacauan yang terjadi, umat manusia merindukan seorang pemimpin yang mampu menciptakan masyarakat yang damai dan sempurna (utopia), bebas dari peperangan, krisis, aksi kekerasan, terorisme dan sebagainya. Keinginan seperti itu memang dambaan semua orang, tapi tanpa disadari bahwa hal tersebut merupakan tanda dari akhir zaman, sebab sebelum bumi ini berakhir keadaan dunia memang akan berakhir dengan cara seperti itu, yaitu munculnya satu pemerintahan dunia totaliter yang hanya di bawah kendali satu orang pemimpin (Antikris), dimana akhirnya Tuhan Yesus sendiri akan menghancurkan pemerintahan tersebut dan mendirikan kerajaan-Nya di dunia selama 1000 tahun.
Alkitab sudah menubuatkan semua ini, suatu saat (tidak lama lagi) bahwa Antikris akan menguasai dunia didalam segala bidang, Wahyu 13:7 mencatat: “...dan kepadanya diberikan kuasa atas setiap suku dan umat dan bahasa dan bangsa.”

Mengenal lambang Tatanan Dunia Baru
Untuk mengerti hubungan antara kebangkitan Tatanan Dunia Baru dan kebangkitan Antikris, kita dapat mempelajarinya dari lambang Tatanan Dunia Baru, yaitu “The Great Seal”, lambang ini terdiri dari beberapa lambang yang masing-masing memiliki arti terselubung :
1. Segitiga
2. Mata satu
3. Cahaya
4. Piramida terpotong
5. Angka Romawi “MDCCLXXVI”

Lambang The Great Seal bukan lambang sembarangan yang asal dibuat. Banyak makna terselubung yang terdapat didalamnya, dan jika kita mengerti arti dari setiap bagian lambang tersebut maka kita mengetahui hubungan antara rencana pembentukan Tatanan Dunia Baru dengan kemunculan Antikris yang mendekat.
Sekalipun merupakan lambang negara Amerika Serikat, namun sebenarnya lambang The Great Seal adalah lambang dunia. Bagian-bagiannya memiliki arti dari berbagai kebudayaan dunia dan dari sejarah dunia jauh belakang. Dan yang paling penting adalah untuk mengerti arti dari bagian-bagian lambang The Great Seal ternyata kita harus mempelajarinya perjalanan sejarah Israel sebagai bangsa pilihan Allah, masa perbudakan Israel di Mesir Kuno, hingga menarik mundur sejarah penyembahan berhala manusia pada masa menara Babel.

Israel, umat pilihan Allah
Sejarah lahirnya Israel sebagai bangsa
Orang Israel adalah bangsa pilihan Allah (Ul 7:6), mereka dipilih untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Kej 27:27-29) dan agar keselamatan sampai pada bangsa-bangsa lain (Yes 49:6). Tidak ada sebuah bangsa yang memiliki pengalaman dengan Allah-nya seperti bangsa Israel. Leluhur bangsa Israel seperti Abram (Abraham), Yakub dan Musa dipanggil langsung oleh Allah, bangsa Israel pernah berjalan bersama-sama dengan Allah sendiri selama 40 tahun di padang gurun, bahkan Musa – pemimpin mereka – dapat bercakap-cakap dengan Tuhan secara berhadapan muka di gunung Horeb (Kel 33:11). Panggilan Abraham melingkupi panggilan menuju tanah perjanjian (Kej 12:1), panggilan sunat (Kis 7:8), panggilan untuk meninggalkan negeri yang penuh dengan penyembahan berhala (okultisme) dan penyembahan terhadap banyak Tuhan (politeisme) menuju penyembahan kepada satu Tuhan yang benar pencipta langit dan bumi, dan berikutnya adalah panggilan untuk menjadikan keturunan Abraham menjadi umat pilihan-Nya, bangsa yang besar dan bangsa yang diberkati Tuhan.
Nenek moyang Israel adalah Abraham, lalu turun kepada anaknya Ishak sebagai anak perjanjian, dan kemudian turun kepada cucunya yang bernama Yakub. Sebenarnya Esau-lah yang berhak meneruskan perjanjian Abraham karena Esau merupakan anak sulung dari Ishak, namun karena Esau memandang rendah hak kesulungan (Kej 25:29-34) akhirnya pilihan Tuhan untuk melanjutkan panggilan-Nya kepada Abraham diberikan kepada Yakub adiknya. Setelah Yakub menerima panggilan Tuhan barulah nama Israel dikenal, sebab Tuhan mengubah nama Yakub menjadi Israel. “Namamu bukan Yakub lagi. Engkau telah bergumul dengan Allah dan dengan manusia, dan engkau menang; karena itu namamu menjadi Israel.” (Kej 32:28, BIS)

Israel pindah ke Mesir
Israel menjadi sebuah bangsa yang besar
Israel (Yakub) memiliki 12 anak, dimana kemudian anak-anak tersebut mewakili 12 suku Israel. Sekalipun Israel memiliki 12 anak, namun ia lebih mengasihi Yusuf daripada ke-10 kakak-kakaknya, sehingga kakak-kakaknya itu membenci dan merencanakan untuk membunuh Yusuf. Pada suatu hari tibalah kesempatan kakak-kakak Yusuf untuk membunuhnya, namun salah satu kakak Yusuf yang bernama Yehuda membelanya sehingga Yusuf tidak jadi di bunuh namun akhirnya dijual ke Mesir untuk dijadikan budak. Dengan dijualnya Yusuf ke Mesir, ternyata merupakan rencana Allah bagi penyelamatan Israel dan anak-anaknya melewati masa kelaparan hebat yang akan melanda seluruh dunia. Atas pertolongan Tuhan, Yusuf menjadi wakil raja Mesir yang berkuasa atas seluruh Mesir, sebab raja Mesir melihat bagaimana penyertaan Tuhan atas Yusuf yang dapat mengartikan mimpi raja tentang 7 tahun kelimpahan dan 7 tahun kelaparan yang akan melanda seluruh dunia, dan itu menjadikan Yusuf sebagai tangan kanan raja untuk mengatur gandum dalam melewati masa kelimpahan dan kelaparan yang akan datang.
Akhirnya masa kelaparan seperti yang raja mimpikan tiba. Dan oleh karena kelaparan yang terjadi melingkupi seluruh dunia, itu berarti kelaparan juga melanda tanah Kanaan tempat Israel dan anak-anaknya tinggal. Dan karena kelaparan itu, memaksa Israel memerintahkan anak-anaknya pergi ke Mesir untuk membeli gandum, Israel tidak mengetahui bahwa mereka datang kepada penguasa Mesir yang merupakan anak dan adik mereka sendiri. Setelah Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya, Yusuf membawa Israel ayahnya dan semua saudara-saudaranya untuk pindah ke Mesir dan menetap di sana. Mereka tinggal, bekerja dan beranak cucu, dan akhirnya mereka menjadi bangsa yang besar di tanah Mesir. Akan tetapi itu tidak berlangsung lama, setelah kematian Yakub, Yusuf dan raja yang mengangkat Yusuf menjadi wakilnya, bangkit raja yang tidak mengenal Yusuf. Raja ini sangat curiga terhadap bangsa Israel dan akhirnya memperbudak orang-orang Israel yang telah tinggal di Mesir tersebut. Ia menganiaya bangsa Israel yang telah bertambah banyak jumlahnya, mempekerja paksakan mereka, membunuh bayi-bayi Israel agar bangsa ini tidak bertambah banyak, sebab raja berpikir bahwa jika bangsa Israel terus bertambah banyak maka mereka akan membahayakan Mesir.
Perbudakan Israel di tanah Mesir akhirnya berlanjut kepada raja-raja yang berikutnya hingga memakan waktu cukup lama, yaitu selama 400 tahun.

Berkat Israel bagi anak-anaknya
Yehuda dan Benyamin, tulang punggung Israel
Seperti halnya Abraham dan Ishak memberikan berkat kepada anak-anaknya sebelum mereka meninggal, Israel (Yakub) juga memberikan berkat kepada anak-anaknya sebelum ia meninggal di Mesir. Dari ke-12 anaknya itu, Yakub memberikan berkat yang berbeda kepada masing-masing anaknya, dan berkat yang paling luar biasa adalah berkat yang diberikan kepada Yehuda, dan berkat kedua yang besar diberikan kepada Benyamin.

Berkat Yehuda
Kej 49:9-12 mencatat berkat yang diterima Yehuda:
“...Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa. Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur. Matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena susu.”
Dan terjadilah seperti yang telah Israel ucapkan... Suku Yehuda menjadi suku yang sangat diberkati (bahkan hingga saat ini). Berikut adalah berkat yang Yehuda terima:
Engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu,... kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. Yehuda artinya memuji (Ibr.). Semua anak/suku Israel akan sangat bangga kepada Yehuda, sebab Yehuda - sebagai anak yang sangat diberkati - akan membantu saudara-saudaranya yang sedang dalam kesulitan, dan sifatnya itu telah terbukti dengan membela Yusuf adiknya agar tidak dibunuh oleh saudara-saudaranya yang lain (Kej 37:26-27), juga pada waktu ia membela Benyamin yang hendak di tahan di Mesir oleh Yusuf dan mau menggantikan Benyamin sebagai tawanan dan budak di Mesir (Kej 44:18-34). Yehuda sangat mengasihi ayah dan saudara-saudaranya, Yehuda adalah orang yang melanjutkan pengharapan Israel dalam dirinya.
Tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu...Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya. Walaupun tidak memiliki hak kesulungan, Yehuda tampil sebagai pemimpin yang berkuasa dari bangsa Israel. Yehuda akan menjadi suku yang kuat turun-menurun, dari tangan Yehuda-lah bangsa-bangsa akan takluk dan ditakuti oleh musuh-musuhnya, maka tidak heran jika Tuhan memerintahkan kepada suku Yehuda untuk merebut tanah Kanaan sepeninggalnya Yosua (Hak 1:2). Dan janji ini tidak pernah berubah, kita lihat bagaimana Daud raja yang begitu diurapi dan mengalahkan bangsa-bangsa adalah keturunan Yehuda, bahkan Yesus sekalipun adalah keturunan Yehuda (Why 5:5).
Ia akan menambatkan keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan; Ini berbicara tentang berkat yang sangat luar biasa yang dimiliki keturunan Yehuda, sebab memiliki pohon anggur hingga memiliki batang yang besar dan dapat ditambatkan seekor keledai adalah berbicara tentang kemapanan dan kemakmuran. Tidak hanya sampai disitu dikatakan juga bahwa: ...ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya dengan darah buah anggur. Dapat dikatakan Yehuda adalah suku yang teramat sangat kaya secara materi, sehingga diibaratkan untuk mencuci pakaian saja ia dapat menggunakan perasan anggur hasil kebunnya.
Sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa ... Matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena susu.
Oleh karena kekayaannya yang begitu besar maka suku Yehuda memiliki kekuasaan atas bangsa-bangsa hingga kini dan masa yang akan datang. Tidak terkecuali negara kaya sekalipun, mereka akan tunduk kepada keturunan Yehuda, sebab kekayaan mereka belum seberapa dibandingkan dengan apa yang dimiliki keturunan Yehuda. Namun saatnya akan tiba – saat yang telah Tuhan tentukan – seseorang yang telah dinubuatkan dapat berkuasa atas Yehuda. Siapa dia yang dimaksud? Dia adalah seseorang, yang oleh bangsa Israel dianggap sebagai mesias yang sudah lama mereka nantikan, namun tanpa mereka sadari mesias tersebut sebenarnya adalah Antikris (Dan 9:27), inilah satu-satunya kekuatan yang dapat menghentikan sepak terjang suku Yehuda atas seluruh dunia ini.

Berkat Benyamin
“Benyamin adalah seperti serigala yang menerkam; pada waktu pagi ia memakan mangsanya dan pada waktu petang ia membagi-bagi rampasannya.” (Kej 49:27)
Serigala adalah hewan yang hidup berkelompok. Dalam berburu makanan, serigala akan mengejar mangsanya hingga dapat, dan jika harus berburu hewan yang jauh lebih dari besar ukuran badannya (seperti bison atau rusa besar) serigala akan berburu dengan cara bergerombol dan dengan taktik memecah kelompok lawan. Ini berbicara tentang kekuatan Benyamin dalam bidang militer, dengan taktiknya yang gemilang ia dapat mengalahkan musuh-musuhnya bahkan terhadap lawan yang jauh lebih kuat. Dari kemenangan demi kemenangan dalam peperangan mereka, Benyamin mendapat rampasan yang sangat banyak. Dari kehebatannya berperang dan mengalahkan musuh, Benyamin menjadi sangat kaya.
Ada yang menarik dari sifat Benyamin, yaitu sekalipun mereka diberkati secara luar biasa namun kekayaan yang didapat selalu dipergunakan untuk membantu saudara-saudaranya yang lain, sifat yang sama seperti Yehuda. Memang seperti itulah berkat yang diterima Benyamin : “...pada waktu petang ia membagi-bagi rampasannya”, yang berarti kekayaan Benyamin selalu digunakan untuk membantu saudara-saudaranya.
Dimasa-masa kemudian Yehuda dan Benyamin (yang selanjutnya dikenal dengan sebutan suku Yehuda dan suku Benyamin) menjadi tulang punggung bagi seluruh anak-anak Yakub / suku-suku Israel lainnya. Raja Saul dan rasul Paulus merupakan suku Benyamin.

Bintang Daud
Lambang suku Yehuda dan suku Benyamin
 “Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu” (Kej 49:8).
Peranan Suku Yehuda dan Benyamin bagi seluruh suku Israel sangat besar, boleh dikatakan mereka berdua (terutama suku Yehuda) adalah tulang punggung atau “yang terutama” bagi semua suku Israel, dan untuk menghormati kedua suku itu orang Israel menggunakan bentuk atau simbol kedua suku tersebut sebagai lambang Israel secara keseluruhan. Jika kita melihat bendera Israel modern, maka kita melihat sebuah simbol Bintang Daud berwarna biru tertera ditengah-tengah bendera tersebut. Simbol Bintang Daud merupakan lambang Israel kuno berbentuk segi enam yang terbentuk dari dua segitiga sama sisi (r). Simbol Bintang Daud memiliki arti dan nilai yang cukup banyak bagi orang Israel, namun tahukah Saudara bahwa arti mula-mula simbol ini adalah melambangkan suku Yehuda dan suku Benyamin, dimana satu segitiga melambangkan suku Yehuda dan segitiga yang lain melambangkan suku Benyamin. Jadi lambang bintang Daud adalah simbol dari suku Yehuda dan suku Benyamin.
Simbol segitiga (r) ini berasal dari aksara Fenisia (Kanaan) untuk abjad D (v) yang diturunkan kedalam aksara Ibrani menjadi Dalet, atau yang kita kenal sebagai Delta (r) dalam aksara Yunani dan sebagai huruf ‘D’ dalam bahasa Latin yang kita pakai sehari-hari saat ini. Dalet (abjad Ibrani ke-4) sendiri jika ditulis bersama-sama dengan He (abjad Ibrani ke-5) akan mewakili “Nama Allah” dalam Yudaisme. Dalam bahasa Ibrani, Dalet (“dah-let”) memiliki arti “pintu,” yaitu pintu menuju Tuhan (keselamatan) yang akan datang dari suku Yehuda (Mik 5:1; Yoh 7:42). Pintu ini digambarkan sebagai segi tiga (r). Tapi simbol bintang Daud tidaklah Alkitabiah, sebab tidak ada satupun petunjuk di dalam Alkitab yang menyebutkan tentang bintang Daud ataupun tentang segitiga misterius ini. Simbol Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru untuk Israel adalah menorah atau kandil dengan 7 cabang atau 7 kaki dian emas. Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat menorah dan meletakkanya di Tempat Kudus, Why 1:13 mencatat bahwa Tuhan Yesus berdiri di tengah-tengah kaki dian, dan Why 2:5 Tuhan berfirman kepada Israel bahwa jika mereka tidak bertobat maka Tuhan akan mencabut kaki dian Israel. Referensi di Alkitab tentang bintang Daud adalah di Amos 5:26, yang berkata : “Tapi sekarang kamu menyembah Sakut yang kamu anggap rajamu itu, dan Kewan, bintang yang kamu dewakan itu. Karena itu arca-arca yang telah kamu buat itu harus kamu angkut sendiri” (BIS), bintang tersebut ternyata merupakan salah satu berhala Israel (lihat juga Kis 7:43). Jadi, Bintang Daud sama sekali tidak ada hubungannya dengan raja Daud namun memiliki banyak arti yang selalu berhubungan dengan penyembahan berhala, salah satu arti tumpukan dua buah piramid tersebut merupakan lambang penyembahan matahari Mesir kuno. Dari sini kita mendapat satu pengertian asal usul dari salah satu simbol The Great Seal, yaitu segitiga. Lambang penyembahan matahari Mesir Kuno.

Israel keluar dari Mesir
Israel menuju tanah perjanjian
“...mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah. Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.” (Kel 2:23-24)
Setelah Israel diperbudak oleh bangsa Mesir begitu lama, maka berserulah orang-orang Israel meminta tolong kepada Tuhan. Dan Tuhan mendengar teriakan minta tolong mereka karena mengingat perjanjian-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub leluhur mereka. Maka Allah memanggil Musa dan mengutusnya untuk menghadap Firaun, raja Mesir, agar melepaskan bangsa Israel kembali ke negerinya untuk beribadah kepada Allah. Ini bukan tugas mudah, sebab Firaun tidak mau melepaskan bangsa Israel begitu saja, namun karena tangan Tuhan yang menyertai Musa dan karena diturunkannya 10 tulah terhadap seluruh bangsa Mesir, maka akhirnya Firaun mengizinkan bangsa Israel meninggalkan tanah Mesir. Bukan hanya sampai disitu, pernyertaan Tuhan terhadap bangsa Israel secara nyata dan ajaib terus melingkupi mereka selama perjalanan di padang gurun dari Mesir ke tanah Kanaan. Laut terbelah, tiang awan dan tiang api, manna, air keluar dari batu karang, burung puyuh hingga penyertaan Tuhan dalam peperangan melawan musuh-musuh sepanjang perjalanan di pandang gurun.
Kini Israel telah bebas, mereka sedang berjalan menuju tanah perjanjian seperti janji Tuhan kepada Abraham, Ishak dan Yakub.

Israel menyembah berhala
Mesir dalam hati orang-orang Israel
Salah satu panggilan Tuhan terhadap bangsa Israel bukan hanya berbicara tentang tanah perjanjian, tapi lebih dari itu yaitu adalah agar bangsa ini keluar dari penyembahan berhala kepada penyembahan Tuhan yang benar. Begitu juga saat Tuhan membebaskan mereka dari tanah Mesir adalah agar mereka dapat beribadah kepada Tuhan yang benar (Kel 3:18) dan supaya Tuhan dapat menuntun umat-Nya itu dengan hukum-hukum-Nya yang benar. Namun sayang, saat Tuhan sedang menurunkan hukum-hukum-Nya kepada Musa di gunung Horeb, bangsa Israel kembali kepada penyembahan berhala Mesir, mereka membuat patung lembu emas dan menyembah patung tersebut (Kel 32:1-8).
Mengapa bangsa Israel begitu bebal dengan membuat patung emas tuangan dan menyembahnya, padahal mujizat Tuhan begitu nyata atas bangsa itu, Tuhan hadir ditengah-tengah mereka melalui tiang api dan tiang awan, Tuhan memelihara mereka dengan manna dan Tuhan berbicara kepada mereka melalui Musa. Apa yang kurang dari Tuhan terhadap bangsa Israel. Mengapa bangsa yang memiliki nenek moyang penyembah Allah yang benar kini menjadi penyembah berhala?
Orang Israel telah berada di Mesir selama 400 tahun, itu berarti hampir 5 hingga 6 generasi anak-anak Israel telah tinggal di Mesir. Orang-orang Israel generasi baru tersebut telah lahir dan bertumbuh dilingkungan Mesir yang penuh dengan penyembahan berhala. Tidak dapat dipungkiri bahwa Mesir penuh dengan penyembahan berhala (paganisme), berbagai praktek okultisme dan hal-hal yang berhubungan dengan sihir. Ketika kita melihat bagaimana figur allah di mata orang Israel berupa patung lembu emas, menunjukkan bahwa kepercayaan orang-orang Israel sangat dipengaruhi oleh kehidupan keagamaan Mesir Kuno yang bersifat materialisme (hanya mempercayai segala sesuatu yang tampak atau berbentuk benda/materi), orang Israel menolak mempercayai Allah yang tidak kelihatan dan lebih menerima allah-allah bangsa Mesir yang dapat terlihat wujudnya, dan dalam hal ini diwakili oleh wujud patung.
Dalam penyelidikan arkeologi didapati bahwa kepercayaan Mesir memang memiliki dewa / sesembahan yang berbentuk binatang lembu. Dari ciri-ciri yang digambarkan oleh Akitab, maka patung lembu emas yang dibuat oleh orang Israel sesuai dengan ciri-ciri patung lembu jantan bernama Apis (lih. Yer 46:15) yang merupakan salah satu hewan suci Mesir Kuno. Apis dilahirkan dari pancaran cahaya bulan, dan kelahirannya merupakan masa dimana orang-orang Mesir bersukacita, tepat seperti Akitab tulis tentang lembu tuangan orang Israel
...Dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: “Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!” ... Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria. (Kel 32:4-6)
Secara jasmani orang-orang Israel sudah keluar dari Mesir, namun hatinya masih tetap Mesir. Sekalipun Musa terus-menerus mengajari mereka dengan hukum-hukum Tuhan (Taurat) tapi sebagian besar orang-orang Israel tidak bisa menerimanya, kebiasaan penyembahan berhala Mesir begitu melekat di hati mereka.

Israel memasuki tanah Kanaan
“Mesir” ikut masuk tanah perjanjian
Selama perjalanan dari Mesir menuju tanah Kanaan, sebagian besar bangsa Israel begitu memberontak terhadap Tuhan dan Musa pemimpin mereka. Sehingga membuat Tuhan murka terhadap sebagian besar umat pilihan-Nya itu, Tuhan berjanji bahwa seluruh orang yang memberontak terhadap-Nya tidak akan memasuki tanah Kanaan. Dan untuk “membersihkan” bangsa Israel dari para pemberontak dan penyembah berhala tersebut Tuhan membuat perjalanan bangsa Israel ini menjadi sangat lama dengan berputar-putar di padang gurun, hingga 40 tahun lamanya. Dengan waktu yang lama tersebut, semua angkatan yang keluar dari Mesir akhirnya mati di padang gurun, dan hanya menyisakan dua orang saja yang bisa memasuki tanah perjanjian yaitu Yosua dan Kaleb, selebihnya adalah generasi baru yang merupakan orang-orang Israel yang lahir di padang gurun.
“Siapakah mereka yang membangkitkan amarah Allah, sekalipun mereka mendengar suara-Nya? Bukankah mereka semua yang keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa? Dan siapakah yang Ia murkai empat puluh tahun lamanya? Bukankah mereka yang berbuat dosa dan yang mayatnya bergelimpangan di padang gurun? Dan siapakah yang telah Ia sumpahi, bahwa mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Nya? Bukankah mereka yang tidak taat? kita lihat, bahwa mereka tidak dapat masuk oleh karena ketidakpercayaan mereka.” (Ibr 3:16-19)

Sekalipun satu generasi yang keluar dari Mesir telah tiada, bukan berarti “Mesir” telah hilang dari bangsa Israel. Para penyembah berhala Israel yang mengambil sistem penyembahan berhala Mesir ternyata menuliskan segala pemahaman tentang penyembahan berhala berikut ajaran-ajaran mistisnya dalam catatan-catatan dicampur-adukkan dengan Taurat yang diberikan Tuhan melalui Musa. Anak-anak Israel yang masuk ke tanah perjanjian sebagian besar tetap memegang penyembahan berhala Mesir sebagai kepercayaan mereka.
Catatan-catatan mistik tersebut (baik lisan maupun tulisan) akhirnya dikanonisasi dan menjadi sebuah kitab pegangan yang kita kenal sekarang sebagai Kabala. Kabala dalam bahasa Ibrani disebut lekabbel yang berarti “menerima” atau “tradisi yang diterima”, yaitu tradisi-tradisi bangsa-bangsa penyembah berhala (termasuk Mesir Kuno). Kabala merupakan pemahaman mistis yang diambil dari bagian-bagian Taurat dan Tanakh (Tanakh kita kenal sekarang sebagai Perjanjian Lama) lalu menambahinya dengan pemahaman-pemahaman manusia dan okultisme bahkan jauh ke belakang hingga ke penyembahan berhala Babel (menara Babel), sehingga mengakibatkan Kabala sangat bertolak belakang dengan Taurat itu sendiri. Istilah-istilah seperti: Abrakadabra, Gnosis, Golem, Yoga (disiplin spiritual untuk kesehatan), Sefirot dan sebagainya, adalah istilah-istilah mistis umum dalam masyarakat modern yang berasal dari Kabala. Orang-orang yang melakukan Kabala disebut para kabalis. Dan ini semua menimbulkan sakit hati Tuhan, sehingga Tuhan berfirman kepada bangsa Israel melalui nabi Yeremia:
“Oleh karena mereka meninggalkan Taurat-Ku yang telah Kuserahkan kepada mereka, dan oleh karena mereka tidak mendengarkan suara-Ku dan tidak mengikutinya, melainkan mengikuti kedegilan hatinya dan mengikuti para Baal seperti yang diajarkan kepada mereka oleh nenek moyang mereka.” (Yer 9:13-14
Jadi secara harafiah mereka adalah orang Israel, berpakaian selayaknya orang Israel yang menyembah Allah yang benar, dan mereka melakukan ibadah selayaknya orang Israel, namun sebenarnya sebagian besar mereka adalah para pemuja setan, penyembah berhala (Yes 2:8), pelaku okultisme, sihir, tenung/ ramalan (horoskop, Yes 2:6), pemanggilan arwah (I Sam 28:7) dan sebagainya. Selagi Yosua masih hidup, penyembahan berhala di tanah Kanaan tidak begitu menonjol, namun begitu Yosua dan orang-orang yang seangkatan dengan Yosua mati, maka orang-orang Israel segera melakukan penyembahan berhala Mesir seperti yang nenek moyang mereka lakukan (Hak 2:7-12), bahkan penyembahan berhala yang dilakukan menjadi bertambah buruk, karena perbendaharaan ajaran mistis mereka bertambah banyak akibat pergaulan dengan bangsa-bangsa kafir yang dibiarkan tinggal di tanah Kanaan yang seharusnya mereka tumpas.
Setelah masa itu, sejarah bangsa Israel sangat menyedihkan, sebab selalu merupakan sejarah penyembahan berhala. Kitab Hakim-Hakim mencatat siklus berulang bagaimana bangsa Israel melakukan penyembahan berhala dan meninggalkan Allah mereka.

Tuhan menyisakan umat terluput
Tidak semua orang Israel penyembah berhala
Sebelum kita lanjutkan pembahasan kita tentang penyembahan berhala bangsa Israel, dengan penjelasan diatas bukan berarti bahwa semua orang Israel adalah penyembah berhala. Sekalipun sedikit, namun ternyata masih ada orang-orang Israel yang tetap setia berpegang teguh pada Taurat Tuhan dan tetap menyembah Tuhan-nya Abraham, Ishak dan Yakub. Firman Tuhan kepada Elia berkata :
“Tetapi 7.000 orang di Israel akan Kuselamatkan, yaitu orang-orang yang tetap setia kepada-Ku dan tak pernah sujud menyembah patung Baal atau menciumnya.” (I Raj 19:18, BIS).
Jika kita menyebut nama-nama seperti Elia, Elisa, Otniel, Gideon, Debora, Manoah, Daniel dan pahlawan-pahlawan iman lainnya adalah orang-orang yang tetap setia kepada Tuhan dan menolak ikut-ikutan menyembah berhala. Bahkan hingga memasuki zaman Perjanjian Baru kita melihat bagaimana Hana (Luk 2:36-38), Simeon (Luk 2:25), imam Zakharia beserta istrinya (Luk 1:5-6), Yusuf orang Arimatea (Mrk 15:43) dan masih banyak lagi, tercatat sebagai orang-orang yang tidak pernah turut dalam penyembahan berhala namun tetap setia menanti-nantikan keselamatan yang berasal dari Tuhan Allah nenek moyang mereka Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi, sekalipun penyembahan berhala Israel berlangsung hingga kini, namun tetap ada orang-orang Israel terluput yang tidak menceburkan diri mereka kepada penyembahan berhala, bahkan diantara mereka ada yang telah menjadi percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, yang kita kenal sebagai “Messianic Jews”. Jadi ingat, tidak semua orang Israel menyembah berhala dan merupakan kabalis, mereka merupakan “oknum” yang akhirnya membuat jelek nama Israel secara keseluruhan.
Sampai akhir zaman, orang-orang Israel terluput ini akan tetap ada, mereka yang menanti-nantikan Tuhan yang benar akan terus ada diantara kemurtadan Israel, sampai kelak hari-Nya tiba, yaitu pada waktu Tuhan Yesus datang untuk kedua kali, Tuhan akan meluputkan mereka dari murka Antikris yang merupakan penghakiman terakhir terhadap Israel di akhir zaman. Tuhan akan memateraikan 144.000 orang Israel terluput (Why 7:3-4), dan Tuhan akan meluputkan 1/3 umat Israel yang masih mendua hati dari pembinasaan keji Antikris (Zak 13:8), Tuhan akan menyaring lagi 1/3 umat Israel terluput tersebut hingga benar-benar didapati orang-orang Israel yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan (Dan 11:33-35).

Israel terdiaspora
Yehuda tetap memimpin
Kembali kepada pembahasan tentang suku Yehuda. Oleh karena dosa Salomo menyembah dewa-dewa orang-orang kafir (I Raja 11:5) menyebabkan bangsa Israel terpecah menjadi dua yaitu: Israel Selatan (suku Yehuda dan sebagian Benyamin) yang akhirnya Tuhan serahkan mereka ke tangan bangsa Babilonia / Babel kepada raja Nebukadnezar, dan sisanya Tuhan serahkan ke bangsa-bangsa di Utara yaitu bangsa Asyur. Selama orang-orang Yehuda dan Benyamin terdiaspora ke negeri Babel, urapan luar biasa itu tetap ada pada mereka.

“Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, Hananya, Misael dan Azarya...Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di seluruh kerajaannya.” (Dan 1:6-21).
Sekalipun dalam pembuangan, keturunan Yehuda selalu jadi pemimpin. Pada waktu mereka kembali dari pembuangan di Babel-pun suku Yehuda-lah yang membangun kembali reruntuhan tembok Yerusalem melalui keturunannya yang bernama Nehemia. Dari sinilah Yehuda mengerti bahwa: “memang aku inilah pemimpin, dan sudah menjadi ketetapan bahwa aku harus menjadi berkat bagi saudara-saudaraku. Kepada kitalah urapan raja turun dan bangsa-bangsa akan tunduk.”

 

 

 

Yehuda sebagai biji mata Allah
The Supreme Being
“Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara (berbicara tentang Mesir, red.). Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya.”  (Ul 32:10).
Suku Yehuda percaya dan mengenang bahwa mereka dibebaskan/ditarik keluar dari Mesir (Mesir dilambangkan oleh Piramid) dan dijadikan sebagai biji mata Allah kemudian mereka mengenangnya dalam suatu lambang yang mereka buat berupa sebuah piramid yang pada bagian atasnya tercabut, sehingga menjadi sebuah piramida terpenggal yang pada bagian atasnya terdapat sepasang mata (sepasang mata melambangkan mata Allah) yang melambangkan bahwa mereka adalah “The supreme being”, sebab kaum Yehuda ingin selalu mengingatkan generasi berikutnya bahwa bangsa Israel adalah sebagai bangsa pilihan Allah atau bangsa yang terutama. Oleh sebab itu mereka memakai piramida susunan teratas. Dari sini kita mendapatkan pengertian tentang asal usul salah satu lambang misterius dari The Great Seal berikutnya, yaitu piramida terpotong... Mengapa mereka menggunakan lambang piramida terpotong? Jika berbicara tentang piramida, kita dapat pastikan bahwa lambang tersebut merupakan pengaruh dari Mesir Kuno, bahkan lebih dari itu. Dari penyelidikan arkeologi, piramida terpotong merupakan tempat penyembahan matahari Babel. Sedangkan mata yang tadinya merupakan “sepasang mata” yang melambangkan biji mata Allah kini berubah menjadi “mata satu”, dari mana perubahan itu terjadi? Kita akan melanjutkan penjelasannya dengan terus melanjutkan perjalanan panjang sejarah bangsa Israel...

Penghukuman Tuhan turun
Dengan kepercayaan terhadap urapan yang mereka miliki sebagai pemimpin dan bahwa hanya orang Israel-lah umat pilihan Allah, orang-orang Yehuda menjadi semena-mena terhadap orang-orang non-Yahudi (Gentile) sehingga mereka merasa berhak memimpin dunia dan menentukan nasib bangsa-bangsa. Sekalipun pengertian tersebut sangat beralasan, sebab Firman Tuhan berkata : “Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku.” (Im 20:26)  akan tetapi mereka lupa pada Firman Tuhan lain yang menyatakan bahwa Israel akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain: “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.” (Kej 12:2)
Dengan pengertian bahwa Israel adalah umat pilihan Allah yang dipisahkan diantara bangsa-bangsa, orang Yahudi membagi dunia ini menjadi 2 jenis bangsa/Goyim, yaitu: 1 bangsa Yahudi (Jewish) dan 70 bangsa non-Yahudi (Gentiles). Dalam terjemahan bahasa Indonesia, istilah Gentiles memiliki arti sangat kasar, yaitu bangsa kafir. Itu berarti, Yahudi sebagai bangsa pilihan Tuhan dan bangsa lain sebagai bangsa yang tidak mengenal Tuhan (kafir). Padahal tanpa disadari, saat mereka menceburkan diri pada penyembahan berhala sebenarnya mereka juga sudah termasuk kedalam bangsa kafir, yaitu bangsa yang tidak mengenal Tuhan yang benar.
 Kej 49:9-12 berkata: “Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, ... Matanya akan merah karena anggur dan giginya akan putih karena susu.” Mereka berlaku seperti layaknya singa yang tidak akan melepaskan mangsanya hingga benar-benar tertangkap, lalu setelah kenyang akan beristirahat di tempat yang aman. Matanya mabuk oleh karena kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya, mereka melihat bangsa lain sebagai bangsa yang memiliki derajat lebih rendah. Dan akibat pemahaman yang ekstrim tersebut akhirnya pada tahun 135 M Kaisar Hadrian sangat membenci orang-orang Yahudi yang masih memegang teguh Taurat (sebab waktu itu sebagian orang Yahudi sudah memeluk agama Kristen dan menerapkan hukum kasih yang memandang semua manusia/bangsa sama di mata Tuhan, sehingga mereka dapat berbaur dengan orang non-Yahudi), akhirnya kaisar Hadrian menghancurkan Yerusalem, sekalipun orang-orang Yahudi melakukan perlawanan (yang dikenal dengan perang Bar Kohba) namun karena kekuatan Romawi sangat kuat akhirnya mengakibatkan kekalahan besar di pihak Israel,  hampir seluruh sinagoga dihancurkan, 580.000 orang Yahudi terbunuh, dan mereka yang hidup akhirnya dijual sebagai budak di seluruh kekaisaran, dan sisanya diusir dari negara Israel. Pengusiran besar-besaran ini berlaku bagi orang-orang Yahudi non-Kristen. Mereka terserak (diaspora) hampir ke seluruh dunia dan mendiami tempat-tempat baru dan dibenci oleh penduduk asli, tepat seperti Firman Tuhan terhadap mereka oleh karena meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala.
Setelah itu Yerusalem (sebelum Khalifah Omar merebutnya dari Roma pada tahun 637) didiami oleh kebanyakan orang Roma dan orang-orang Yahudi yang sudah beragama Kristen, sehingga lama-kelamaan orang Roma juga memeluk agama Kristen, oleh karena pengaruh orang-orang Yahudi Kristen (Kis 11:21). Kekristenan sangat dihargai oleh Roma... Namun di lain sisi, hal tersebut sangatlah menyakitkan bagi orang-orang Yahudi yang diusir dari tanah pusaka mereka, ini mengakibatkan orang Yahudi sangat membenci orang Kristen dan seluruh orang/bangsa di dunia ini.


Lalu kemana orang-orang Yahudi yang terusir kini. Bagaimana nasib orang-orang Yehuda yang katanya akan menyelamatkan saudara-saudaranya? Beginilah nasib bangsa Israel pasca penghukuman Tuhan turun:


1. Menjadi budak di negeri sendiri
“Lihatlah, sekarang ini kami adalah budak. Ya, di tanah yang Kauberikan kepada nenek moyang kami untuk mengecap hasilnya dan segala kekayaannya kami ini adalah budak” (Neh 9:36).
Banyak orang beranggapan bahwa tanah Israel telah sepenuhnya ditinggalkan oleh orang-orang Yahudi pada waktu mereka di-diaspora, sehingga suatu bangsa dapat mengklaim tanah tersebut dan akhirnya menempati tanah Israel dan menyatakan hak kepemilikan terhadap tanah itu sepenuhnya. Statemen seperti itu tidak benar, sebab ternyata tidak semua orang Israel terdiaspora, Tuhan masih menyisakan sedikit diantara mereka untuk tetap tinggal di tanah yang telah dijanjikan-Nya. Hanya saja oleh karena masa tersebut adalah masa penghukuman Tuhan atas dosa-dosa Israel, maka orang-orang Yahudi yang tinggal di tanah Kanaan sangat lemah dan merupakan penduduk minoritas. Nasib mereka sudah ditentukan, yaitu akan dijajah dan dijadikan budak oleh bangsa-bangsa lain yang akan merebut tanah Israel. Sungguh tragis bukan? Karena penyembahan berhala, umat pilihan Tuhan akhirnya menjadi budak di tanah pusaka yang subur yang seharusnya mereka nikmati turun-temurun.

2. Terpencar diantara bangsa-bangsa
“Israel sudah ditelan; sekarang mereka itu ada di antara bangsa-bangsa seperti barang yang tidak disukai orang.” (Hos 8:8)
Pasca pengusiran oleh kaisar Hadrian, dengan penuh kebencian terhadap orang-orang kafir dan Kristen, bangsa Yahudi terpencar (ter-diaspora) ke seluruh negara Eropa, mereka menjadi bangsa “stateless” atau masyarakat tanpa kewarga-negaraan dan tinggal di negara-negara yang asing bagi mereka. Dan setelah hampir 1000 tahun kemudian bangsa Israel sudah tersebar di hampir semua negara di dunia ini. Dan seperti nabi Hosea nubuatkan, bahwa bahwa mereka akan dibenci oleh orang-orang di tempat dimana mereka tinggal. Orang Israel yang tercerai-berai kebanyakan bergabung dengan saudara-saudara mereka yang terdiaspora lebih dahulu, mereka juga memenuhi semua negara-negara jajahan kekaisaran Romawi, ada juga yang pergi ke Eropa Utara dan Timur (yang kemudian dikenal sebagai orang Yahudi Ashkenazi), Spanyol, Mediterania dan Timur Tengah (yang kemudian dikenal sebagai orang Yahudi Sefardim), dan akhirnya mereka menempati Asia, Rusia dan semua negara yang ada saat itu.

Israel menantikan Mesias
Mesias telah datang namun ditolak
Sebenarnya keadaan menyedihkan yang menimpa bangsa Israel sudah terjadi sejak masa pembuangan pertama mereka (diaspora pertama) sekitar tahun 536 SM. Keadaan menjadi budak di negeri sendiri dan dibenci di negeri orang sudah terjadi saat penghukuman pertama Tuhan tersebut diberlakukan. Tak henti-hentinya tanah Israel dijajah oleh bangsa lain, dari mulai kerajaan Asyur, lalu Babel, kemudian Media Persia dan akhirnya kekaisaran Romawi. Dan yang terakhir adalah bangsa yang sangat kejam memperlakukan bangsa Israel, seperti yang telah Tuhan katakan kepada Yehezkiel:
 “Aku akan membiarkan datang bangsa-bangsa yang paling kejam dan bangsa-bangsa ini akan mengambil rumah-rumah mereka menjadi miliknya; Aku akan mengakhiri kecongkakan mereka, yang ditimbulkan kekuatan mereka itu, dan tempat-tempat kudus mereka akan dinajiskan.” (Yeh 7:24)
Oleh karena besarnya kesesakan yang dialami bangsa Israel, maka bangsa ini sangat merindukan seseorang yang mampu bangkit seperti raja Daud untuk menyelamatkan mereka. Hingga kini orang-orang Israel setiap hari menantikan datangnya pertolongan Ilahi untuk membebaskan penindasan bangsa-bangsa lain dan memulihkan keadaan Israel. Dan Tuhan mendengar doa-doa mereka, setelah masa diaspora terhadap bangsa Israel, Tuhan berulang-ulang mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk menyelamatkan bangsa Israel, namun karena nabi-nabi ini datang menubuatkan penghukuman dan pertobatan, maka mereka dianggap sepi dan diacuhkan. Sebenarnya Tuhan sudah mengirimkan pertolongan, atau lebih tepatnya “kesempatan untuk bertobat”, namun orang Israel sebenarnya lebih mengharapkan pertolongan nyata, yaitu bangkitnya kembali seseorang seperti raja Daud yang gagah perkasa dan sanggup menyatukan seluruh bangsa Israel untuk kemudian melawan bangsa-bangsa kafir yang telah menguasai tanah Israel. Itulah penyelamatan yang diharapkan oleh bangsa Israel. Padahal sebenarnya Tuhan sudah sangat siap untuk menyelamatkan Israel, hanya saja Israel harus bertobat dulu dari segala kejahatan dan penyembahan berhala mereka (Yes 59:1-2) baru Tuhan akan memulihkan keadaan Israel.
Pengharapan Israel akan seseorang seperti Daud sangat beralasan, sebab memang Firman Tuhan melalui nabi-nabi-Nya telah menubuatkan bahwa Ia akan membangkitkan seorang raja dari keturunan Daud untuk menyelamatkan Israel.
“Akan tiba waktunya, Aku mengangkat seorang raja yang adil dari keturunan Daud. Raja itu akan memerintah dengan bijaksana, dan melakukan apa yang adil dan benar di seluruh negeri.” (Yes 23:5, BIS).
Namun yang dimaksud ayat tersebut adalah bahwa kelak dari silsilah keturunan Daud akan lahir Yesus Kristus, juruselamat umat manusia. Tapi, berhubung kitab pegangan sebagian besar bangsa Israel bukanlah Tanakh yang asli, melainkan Tanakh yang sudah diubah menjadi Kabala, maka pengertian tentang juruselamat yang akan datang atas Bangsa Israel semakin samar. Orang-orang Israel mengartikan Mesias dengan pengertian mereka sendiri dan pemahaman-pemahaman okultisme yang sangat bertolak belakang dengan Tanakh maupun Taurat, mereka menantikan seseorang yang memiliki kuasa gaib (sakti). Sebagian besar bangsa Israel semakin hari semakin keras hati, mereka mengharapkan dan menantikan seorang Mesias (juruselamat) sebagaimana gambaran mereka sendiri. Bangsa Israel Perjanjian Lama hidup dalam pengharapan Mesianis tak kunjung henti.
Sekitar 500 tahunan setelah Israel terdiaspora, Tuhan Allah mengenapi janjinya untuk menyelamatkan orang-orang Israel, Ia menurunkan Anak-Nya yang tunggal melalui Maria, tunangan Yusuf. Yusuf merupakan keturunan Daud dan merupakan keturunan asli suku Yehuda. Dia-lah Yesus Kristus, raja yang akan menyelamatkan Israel. Namun sayang beribu-ribu sayang, kehadiran Yesus Kristus ditengah-tengah umat pilihan-Nya tersebut sangatlah ditolak. Sebab Yesus Kristus begitu beda dengan gambaran Mesias yang didamba-dambakan oleh bangsa Israel. Yesus tidak mengobarkan perang ataupun penolakan terhadap bangsa Romawi yang menguasai Israel saat itu; Yesus tidak meng-gunakan senjata, melainkan mengajarkan kasih; Yesus hanya orang biasa, bukan seperti keturunan raja; Yesus menawarkan pertobatan dan menubuatkan kehancuran bila Israel tidak bertobat; dan Yesus menolak ajaran-ajaran Taurat-nya bangsa Israel yang hanya merupakan ajaran manusia. Puncaknya, Tuhan Yesus menentang ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan para imam sehingga menimbulkan kebencian orang-orang Israel terhadap Tuhan Yesus yang berujung pada penangkapan Tuhan Yesus. Ia difitnah, dianiaya dan akhirnya dibunuh di kayu salib. Sebenarnya para pemimpin Israel hampir percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Mat 26:63 mencatat: ...Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: “Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak.”  Tapi sekali lagi, gambaran para pemimpin Israel tentang Mesias sangat berbeda dengan Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena penolakan Israel terhadap Yesus Kristus, maka genaplah kehancuran Israel seperti yang telah dinubuatkan, baik oleh para nabi bahkan oleh Tuhan Yesus sendiri (Luk 21:20-22). Pada tahun 70 M. Kaisar Roma Vespasianus menunjuk anaknya sendiri Titus untuk menghancurkan Yerusalem. Israel jatuh, Yerusalem hancur, dan Bait Allah ke-II kebanggaan orang-orang Israel dihancurkan, sedangkan isinya dijarah. Kini, tidak ada lagi tempat bagi Israel bahkan di tanahnya sendiri. Kehancuran Yerusalem memaksa diaspora orang-orang Israel yang masih tertinggal. Sedikit sekali yang bisa bertahan di Yerusalem/ Israel, itupun dalam keadaan yang buruk... Menjadi budak di negeri sendiri!
Sungguh menyedihkan nasib bangsa Israel modern paska diaspora dan penyaliban Tuhan Yesus, sekalipun sebagai umat pilihan-Nya, keadaan bangsa Israel semakin menyedihkan saja. Di negara-negara dimana mereka tinggal kini kebanyakan dari mereka akhirnya berprofesi sebagai pengemis, menjual barang-barang daur ulang (loak) dan penjual ritel skala kecil (pedagang asongan), dan atas dasar tersebut, biasanya bangsa pribumi dapat menerima keberadaan para pendatang Yahudi ini karena rasa belas kasihan. Akan tetapi sebagian lagi tidak semujur seperti mereka, sebab beberapa kelompok diaspora Israel mengalami penolakan dan pengusiran, mereka dibenci dan dicurigai, persis seperti Hos 8:8 nubuatkan, bahwa mereka akan dibenci dan diperlakukan seperti barang yang tidak disukai. Hanya oleh karena janji Tuhan terhadap Abraham, Ishak dan Yakub-lah maka bangsa Israel bisa bertahan hingga saat ini.

Yehuda bangkit menolong saudara-saudaranya
Israel mempersiapkan kedatangan “Mesias” dan proses pemulangan
Dengan tekanan luar biasa yang dialami seluruh orang Israel di muka bumi ini akhirnya membangkitkan kesadaran untuk mereka bersatu dan bangkit dari keterpurukan. Dimanapun mereka tinggal kini, mereka akan selalu mengingat semua saudara-saudara mereka di seluruh dunia, saling membantu dan mulai memikirkan bagaimana mereka dapat kembali ke tanah Israel, berkumpul kembali, dan mendirikan Bait Allah yang telah hancur.
Masih ingat dengan suku Yehuda? Ya, suku yang menerima berkat paling besar diantara anak-anak Israel lainnya dan yang suka menolong Saudara-saudaranya yang lain. Suku Yehuda adalah suku yang terkemuka diantara seluruh suku Israel. Banyak pemimpin Israel Perjanjian Lama adalah keturunan Yehuda, misalnya Nabi Yesaya, Amos, Habakuk, Yoel, Mikha, Obaja, Zakharia, Zefanya, Zerubabel dan Nehemia. Semua keturunan Yehuda menerima berkat luar biasa, mereka ditakdirkan untuk menjadi pemimpin (bahkan hingga sekarang). Orang-orang keturunan Yehuda memiliki kecerdasan luar biasa yang tidak dimiliki oleh suku-suku Israel lainnya, apa lagi jika harus dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Otak mereka begitu jenius (Dan 1:20).
Sekalipun bangsa Israel sudah terpencar-pencar ke berbagai negara namun urapan Yehuda itu tetap ada pada orang-orang Yehuda, di negara mana pun mereka tinggal mereka menjadi orang berhasil. Saat orang-orang Israel lainnya mengalami kemiskinan di negara-negara baru mereka, orang-orang Yehuda mulai merintis usaha untuk menghasilkan uang. Dengan kemampuan otaknya yang luar biasa, mereka memulai bisnis dibidang keuangan, yaitu meminjamkan uang dengan bunga (rentenir / money leader), seperti pengertian mereka tentang janji Tuhan yang berkata: “TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaan-Nya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak meminta pinjaman.” (Ul 28:12). Usaha ini mereka lakukan dengan tekun, sedikit demi sedikit, tahun demi tahun, generasi demi generasi, dengan kepiawaiannya mengelola uang akhirnya orang-orang Yehuda menjadi sangat kaya. Bukan hanya dalam bidang keuangan tapi dalam segala bidang,  jika mereka berdagang maka mereka menjadi pedagang yang sukses, jika mereka menjadi ilmuwan, mereka akan menjadi ilmuwan yang sangat jenius, jika mereka masuk dalam pemerintahan, maka orang-orang Yehuda akan memimpin dengan piawai, jika mereka bekerja dibidang finansial, maka mereka akan menjadi pemegang uang skala negara... dan tanpa disadari oleh dunia, hari ini hampir semua sendi-sendi ekonomi dan finansial dunia dikuasai oleh orang-orang keturunan Yehuda.
Dari suku Yehuda inilah lahir sebutan orang Yahudi, sebab kata Yahudi berasal dari kata Yehudi (Ibr.) atau Yehudai (Aram) yang artinya sama dan berasal dari kata Yehuda. “Yehudi” adalah bahasa Ibrani yang cara pengucapannya adalah “Yahudi”, persis seperti kata “Yahudi” dalam bahasa Indonesia.
Hingga kini, sebagian besar keuangan dunia telah dikuasai oleh orang-orang Yahudi, perusahaan-perusahaan besar hingga orang-orang pintar di dunia adalah orang Yahudi, tidak heran jika orang Yahudi memenangkan 20% dari seluruh penghargaan Nobel yang telah dikeluarkan, padahal jumlah orang Yahudi sangat kecil, tidak lebih dari 0,2% penduduk dunia. (Bersambung)
Pustaka :
-               Bambang Yudho, Pdt., Seminar “Penguasa keuangan dunia.”
- Daniel S. Cutler (2005), “Albert Einstein’s Zionism;” http://dancutlermedicalart.com
-               Charles C. Ryrie (1981), “Waktunya Sudah Dekat”; Yayasan Kalam Hidup.
-               Welly Pandensolang. (2004), “Eskatologi Bibikla”; Andi Offset.
- Wikipedia; http://en.wikipedia.org; http://id.wikipedia.org