Seri Akhir Zaman Bagian ke – 26

MASA KESUSAHAN BESAR - 3



Pada dua edisi sebelunya kita sudah melihat apa yang akan terjadi dan menimpa orang-orang percaya tertinggal di masa kesusahan besar. Mereka yang tertinggal saat pengangkatan terjadi akan memasuki masa aniaya hebat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu mengerikan dan diluar apa yang dapat dipikirkan manusia.
Jadi inti khotbah Tuhan Yesus di Bukit Zaitun adalah nubuat atas kejadian yang pasti terjadi pada masa kesusahan besar, yaitu kekejian yang membinasakan. Kata kekejian membicarakan sesuatu yang menjijikan, kebencian total, pembinasaan keji, pembunuhan masal, dan apa saja yang jahat saat itu. Dengan pencantuman peringatan: “para pembaca hendaklah memperhatikannya” (Mat 24:15), Tuhan Yesus sangat berharap Gereja-Nya, yaitu Saudara dan saya, sungguh-sungguh memperhatikan kehidupan kita di hari-hari terakir ini. Tanda-tandanya sudah nyata, keputusan apapun yang kita ambil saat ini akan menentukan dimana kita akan berada saat tujuh tahun Antikris berkuasa, apakah bersama-sama dengan Kristus menikmati sukacita Perjamuan Kawin Anak Domba, atau di dunia bersama-sama Antikris dalam penganiayaan yang sangat-sangat mengerikan. Sebab ketika Antikris yang membinasakan itu muncul, itu akan menandakan dimulainya banyak bahaya maut bagi anak-anak Tuhan yang tertinggal. Satu-satunya pilihan adalah untuk tidak masuk dalam kemalangan masa aniaya besar.

Bagaimana kita terhindar dari masa kesusahan besar ?
1.  Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi
“Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.” (I Tes 4:16-18)
Pengangkatan ditujukan hanya bagi mereka yang percaya Yesus Kristus. Mereka yang mati didalam kristus akan dibangkitkan terlebih dahulu dan diangkat, kemudian mereka yang masih hidup yang percaya Yesus Kristus akan diangkat pula menyongsong Dia di awan-awan. Orang-orang inilah yang TIDAK akan memasuki / mengalami masa kesusahan besar, sebab mereka akan tinggal bersama-sama Kristus dalam Perjamuan Kawin Anak Domba. “Dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang” (I Kor 1:10). Yesus-lah Mesias sesungguhnya yang dinantikan oleh hampir semua agama dan kepercayaan di dunia ini, Dia-lah Mesias yang sanggup meluputkan manusia dari murka yang akan melanda seluruh dunia. Manusia memerlukan Yesus, sebab hanya Dia yang sanggup menyelamatkan umat manusia... “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12).
Berikut bagaimana Saudara dapat diselamatkan:
Akuilah bahwa Saudara adalah orang berdosa
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Rom 3:23)
Perbuatan baik, upacara religius ataupun reformasi prilaku menjadi orang baik tidaklah mungkin menyiapkan kita untuk menyongsong kedatangan-Nya. Sekalipun kita dapat menjalani hidup yang sempurna mulai sekarang, kita masih tidak bisa meyembunyikan perbuatan-perbuatan salah dimasa lalu. Dan Saudara tahu, upah dosa adalah maut (Rom 6:23). Tapi puji Tuhan bahwa Tuhan Yesus tidak mau manusia binasa dalam maut maupun masuk dalam penghukuman, sehingga Ia turun dari sorga, rela mati di kayu salib, mengorbankan tubuh-Nya untuk menebus segala dosa umat manusia yang mau mempercayai-Nya (Yoh 3:16), dan mencurahkan darah-Nya untuk menghapuskan dosa-dosa manusia.
Hanya Yesus yang sanggup menghapus-kan dosa. Hanya Yesus yang telah mati dan bangkit kembali, dan keselamatan dari dosa ini merupakan pemberian cuma-cuma, “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; ...” (I Pet 3:18). Ia telah menanggung penghakiman kita, sehingga barangsiapa percaya kepada-Nya akan terhindar dari peng-hakiman mengerikan yang akan melanda dunia.

Terimalah Yesus
“Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.” (Kis 16:31)

Undanglah Yesus Kristus untuk masuk dalam hati-mu dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Sebab Ia tidak ingin kita masuk dalam penghukuman-Nya baik penghukuman di dunia dimasa kesusahan besar kelak, maupun di penghukuman kekal di api neraka. Ia ingin kita semua bersama-sama-Nya dalam kebahagiaan sorgawi, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Why 3:20).
Jika Saudara rindu – seperti juga kerinduan-Nya – untuk diselamatkan dan menerima Tuhan sebagai juruselamat pribadi, berikut ini dapat menolong Saudara untuk berdoa :
“Tuhan Yesus, saya mau menerima Engkau sebagai Tuhan dan juruselamat pribadi saya. Saya mengundang Engkau masuk dalam hidup saya. Terima kasih atas kematian-Mu di kayu salib bagi dosa-dosa saya, saya mengakui bahwa saya adalah orang berdosa, ampuni segala dosa dan kesalahan saya, dan mulai saat ini saya mengundang Engkau sepenuhnya dan menyerahkan seluruh hidup saya seturut kehendak-Mu. Amin”

 

Menerima sakramen yang benar
Bagi Saudara yang telah menerima Tuhan sebagai juruselamat pribadi, dengan kerendahan hati pastikan Saudara menerima sakreman yang benar, yaitu sempurnakan pertobatan Saudara dengan dibaptis melalui cara yang benar, menerima pemberkatan pernikahan kudus yang benar, dan percaya lalu menerima Roh Kudus dalam diri Saudara dengan segala manifestasinya (Kis 2:38).

Mengampuni
“Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Mat 6:14-15). Syarat utama menerima pengampunan yang gratis dari Tuhan adalah mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Jika ingin mengalami pengangkatan atau masuk sorga, kita harus menerima pengampunan dosa dari Tuhan Yesus, dan jika mau diampuni oleh Tuhan, ya harus mengampuni orang lain.
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.” (Ef 4:32)
“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” (Kol 3:13)
2. Melayani Tuhan
Memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan
Ada perbedaan antara “melayani Tuhan” dengan “melayani pekerjaan Tuhan”. Banyak orang beranggapan bahwa dengan melakukan setiap pelayanan di dunia ini kita telah melayani Tuhan. Akhirnya anak-anak Tuhan terjebak pada rutinitas kesibukan pelayanan. Pagi melakukan kunjungan, siang menghias gereja, sore rapat gereja, malam berkhotbah, mengusir setan, latihan paduan suara, latihan drama, persiapan natal, persiapan ini, persiapan itu dan rutinitas-rutinitas  kegiatan gereja lainnya yang padat, melelahkan dan kebanyakan dari kegiatannya tidak ada sangkut pautnya dengan perjumpaan dengan Tuhan dan penginjilan. Ini bukan melayani Tuhan tapi melayani pekerjaan Tuhan yang berat. Tuhan Yesus berfirman kepada kita “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Mat 11:2) Tuhan Yesus tidak datang untuk memberi beban pelayanan yang berat, program-program dan berbagai kesibukan “rohani” yang melelahkan, namun Ia datang untuk memanggil kita mendekat kepada-Nya secara pribadi. Memang diakui bahwa gereja di seluruh dunia seakan menutup erat-erat kedua telinga mereka terhadap keluhan-keluhan umatnya tentang padatnya jadwal aktivitas gereja sehingga menyisakan waktu yang sangat minim untuk berkumpul dengan keluarga, atau melakukan hubungan yang intim dengan Tuhan di rumah. Tapi hal ini harus tetap disiasati jemaat Tuhan agar tetap menyisakan tenaga untuk bertemu dengan Tuhan setiap hari.
Melayani Tuhan yang sesungguhnya adalah saat kita meluangkan waktu untuk mengasingkan diri dan datang kepada Tuhan secara pribadi. Ingat kisah Maria dan Marta? Maria melayani Tuhan, sedangkan Marta melayani pekerjaan Tuhan yang melelahkan. Dan seperti kita ketahui, Tuhan Yesus lebih berkenan kepada Maria yang duduk diam, mendengarkan-Nya berbicara dan yang rindu selalu dekat dengan Dia. Kita jangan terjebak dengan kata “melayani Tuhan”, jangan banga bila kita sibuk di gereja, jangan merasa lebih jika memiliki gelar kerohanian yang tinggi, memiliki jabatan di gereja, memiliki jadwal pelayanan yang padat dll. Itu bukan jaminan. Tuhan Yesus berkata: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:22) Mengapa Tuhan sampai tidak mengenal anak-anak-Nya yang begitu rajin melayani pekerjaan-Nya. Bagaimana bisa masuk dalam pengangkatan atau masuk ke dalam sorga jika Tuhan tidak mengenal kita? Dalam bahasa aslinya, kata “mengenal” diatas adalah ginosko (Yun.) yaitu: mengenal, memahami, melihat,  mengetahui dan intim (hubungan yang intim seperti seorang suami dengan istri). Jadi mereka ini melayani Tuhan dengan giat namun tidak pernah intim dengan Tuhan, tidak pernah bergairah mencari Yesus, dan berusaha mengenal-Nya secara pribadi. Tuhan tidak mengenal dan asing terhadap orang-orang yang menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan “pelayanan” persis seperti yang dilakukan Marta, orang-orang ini tidak pernah menyediakan waktu berdua-duaan dengan Tuhan Yesus dalam doa, penyembahan, atau sekedar duduk diam dikaki-Nya untuk mendengar suara-Nya.
Saudara, di dunia saja untuk manusia dapat saling mengenal, mereka harus sering ketemu, sering berbincang-bincang, menceritakan pengalaman masing-masing dan sebagainya. Demikian juga dengan Tuhan. Dari awal Ia memanggil umat-Nya untuk menjadi mitra-Nya dan bersekutu dengan Dia senan- tiasa. Adam bersekutu dengan Allah dihari sejuk setiap hari (Kej 3:8); Henokh bergaul karib dengan Allah dalam hubungan yang akrab (Kej 5:24); Abraham bergaul karib dengan Allah dan bercakap-cakap dengan-Nya; Musa berbicara dengan Tuhan berhadap-hadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya (Kel 33:11) dan banyak lagi. Hamba-hamba Tuhan ini telah membuktikan bahwa pelayanan yang besar harus didasari / didahului hubungan yang intim dengan Tuhan. Jangan sampai kita dikenal sebagai seorang hamba Tuhan / anak-anak Tuhan yang sangat aktif melayani pekerjaan Tuhan namun tidak dikenal oleh Bapa di sorga, mengapa? Karena kita tidak pernah memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan. Tuhan hanya akan menjemput mempelainya yang Ia kenal!
 Kapan terakhir kali Saudara datang kepada Tuhan? Kapan terakhir kali Saudara duduk dihadapan-Nya, bukan hanya waktu ada perlu, bersyafaat atau berdoa menaikkan untuk permohonan segala keperluan kita, melainkan datang membawa hati dan tubuh untuk dipersembahkan, membawa syukur, mengagumi-Nya, memuji-Nya, menyembah-Nya, atau diam dihadapan-Nya untuk sejenak meninggalkan segala kesibukan, beban pikiran dan program-program lalu menantikan suara Tuhan.

3. Melayani pekerjaan Tuhan
“Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; ...” (Why 2:25-27)
Perhatikan kata “dan ia memerintah” di ayat tersebut. Satu-satunya cara anak-anak Tuhan dapat memerintah di kerajaan 1.000 tahun damai adalah ikut dalam pengangkatan, tidak ada cara lain, mereka yang lolos dan bertahan melewati 7 tahun masa kesusahan besar sekalipun tidak akan memerintah bersama-sama Kristus di kerajaan Millenium tersebut, sebab mereka akan masuk dalam kerajaan Millenium dengan mengenakan tubuh daging (Lihat edisi sebelumnya). Jadi, jika Saudara dan saya ingin ikut dalam pengangkatan dan memerintah bersama-sama Kristus maka kita harus “melakukan pekerjaan-Ku (kata Tuhan) sampai kesudahannya”. Yaitu Saudara dan saya harus melayani pekerjaan-Nya sampai kesudahan dunia ataupun sampai ajal menjemput.
Semua umat Tuhan memiliki sebuah panggilan dari Allah untuk melayani Dia dengan cara yang unik. Bukan hanya itu, Ia juga memperlengkapi umat-Nya dengan kemampuan (sering disebut sebagai talenta), mengurapi, memberikan visi dan mencurahkan karunia-karunia roh yang terpisah dengan kemampuan, agar kita bermitra dengan Dia dalam karya penyelamatan-Nya. Semua ini adalah bagian Tuhan yang otomatis Ia berikan kepada anak-anak-Nya di dunia, dimana ini juga merupakan sebuah panggilan kepada kita untuk meresponinya, apakah dengan semua kemampuan yang telah Ia berikan kita mau melayani-Nya. Apakah dengan semua yang kita miliki kita mau mempergunakan waktu, talenta dan uang kita untuk melayani-Nya? Dan jika kita sudah melayaninya, apakah kita akan menyelesaikannya hingga ajal menjemput atau hingga Tuhan datang? “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.” (Rom 12:6-8)
Sekali kita menjadi Kristen, sebenarnya tidak ada orang sekuler atau rohaniawan, semua orang Kristen dipanggil untuk melayani, yang membedakan hanya porsinya, sedangkan secara pribadi lepas pribadi kita adalah sama, yaitu pelayan Tuhan! Tidak ada yang disebut “bekas” / mantan pelayan Tuhan, dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak ada kata “pensiunan”. Apapun pekerjaan kita, Ia memanggil kita untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya di dunia ini, sekecil apapun yang Saudara dapat berikan. Mungkin kita tidak memiliki suara emas untuk memimpin orang masuk hadirat Tuhan, tapi kita hanya bisa menyaksikan kebaikan Yesus kepada orang lain, lakukanlah itu dengan setia. Mungkin kita hanya gembala kecil dengan dua atau tiga orang jemaat, lakukanlah itu dengan setia. Mungkin kita hanya seorang pendoa syafaat yang tidak dikenal orang, tapi Tuhan tidak melihat besar-kecilnya pelayanan kita, namun Ia melihat kesetiaan, Tuhan tidak menuntut kita lebih dari yang lain. Jangan kira seorang pelayan Tuhan sebagai supir tidak semulia pekerjaan pengkhotbah diatas mimbar, tidak! Kita semua adalah perpanjangan tangan Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya.
“Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.” (Mat 24:40) Dari ayat ini sudah jelas, mereka yang menunggu kedatangan-Nya adalah para pekerja, yang bekerja di ladang-Nya hingga pengangkatan itu tiba. Layanilah Tuhan hingga akhir hidup kita dengan semakin antusias, bersemangat dan sukacita.

4. Melakukan kehendak Tuhan
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 7:21)
Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan bahwa akan ada banyak orang di dalam gereja percaya bahwa mereka adalah hamba-Nya, domba-domba-Nya, anak-anak-Nya, umat-Nya dan sebagainya. Tapi Tuhan dengan tegas mengatakan bahwa “bukan mereka yang mengaku sebagai hamba-Nya, domba-domba-Nya, anak-anak-Nya, umat-Nya bahkan pelayan-Nya, yang berkenan kepada-Nya!” atau bukan yang berkata “Tuhan, Tuhan!” yang akan diangkat dan masuk kedalam sorga, melainkan mereka yang melakukan kehendak Bapa di sorga.
Banyak orang membawa Alkitab, namun hatinya penuh kepahitan. Banyak orang mengenakan kalung salib, namun kelakuannya tidak berbeda dengan orang-orang tidak percaya. Banyak orang mengaku Kristen namun mulutnya cabul, sembrono, sombong dan sebagainya. Banyak orang pergi ke gereja setiap Minggu, namun kelakuannya di hari-hari lain tidak ubahnya seperti orang-orang dunia. Saudara, agama tidak menyelamatkan, status sebagai orang Kristen tidak menjamin kita akan terangkat, untuk lolos dari masa aniaya di akhir zaman, para umat Tuhan harus mengabdi dan melakukan total kepada kebenaran yang dinyatakan dalam Firman Allah. Simbol-simbol kekristenan dan keberhasilan dalam pelayanan tidak bisa dianggap sebagai standard untuk menilai kesiapan seseorang dalam menyambut kedatangan-nya, melainkan melakukan Firman Tuhan-lah yang menentukan. Memang melakukan Firman dan perbuatan baik tidak akan menyelamatkan kita, hanya Yesus yang menyelamatkan, namun melakukan Firman Tuhan dan kehendak Bapa adalah tanda terima kasih kepada Tuhan Yesus karena telah menyelamatkan kita dari hukuman kekal. Inilah yang membedakan umat Tuhan dengan dunia. Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan oleh kasih karunia, kita harus melakukan kehendak Bapa sampai akhir. kita harus menentang dosa, kita harus berbeda dengan dunia yaitu memenci dosa dan melakukan kebenaran di dalam Firman Tuhan, menyatakan Kristus dalam kehidupan sehari-hari. “... Karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar...” (Flp 2:12).
Apa itu kehendak Bapa? Bacalah Firman Tuhan setiap hari, Saudara akan menemukan banyak kehendak Bapa bagi kita.

5. Hidup dalam persekutuan
Masih ingat bagaimana orang-orang Kristen yang tertinggal hidup? Mereka akan “dipaksa” oleh keadaan dan aniaya untuk hidup dalam persekutuan satu dengan yang lain (lihat edisi yang lalu). Mengapa sampai harus dipaksa? Sebab sewaktu hidup orang-orang Kristen ini tidak mau hidup dalam persekutuan dan tidak mau saling memperhatikan satu dengan yang lain. Perhatikan gaya hidup Gereja mula-mula ini: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu ... Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah...” (Kis 2:47) Seperti itulah seharusnya gaya hidup Gereja sepanjang masa. Dalam persekututan, umat Tuhan mendapatkan arahan (yaitu visi dan Firman Tuhan) dari rasul-rasul, dalam persekutuan umat Tuhan bisa saling membantu di bidang sosial atau dengan suatu ideologi bersama atau rasa kesetiakawanan dan materi diantara umat Tuhan lainnya. Persekutuan juga dapat menjadi “benteng” yang akan melindungi dan menguatkan umat Tuhan dari pengaruh dunia yang jahat, sebab dalam persekutuan ada Firman yang membangun dan menguatkan, juga ada doa-doa syafaat yang akan saling menopang satu dengan yang lain.
Bersekutulah dengan saudara-saudara seiman yang lain dalam persekutuan dimana Kristus diberitakan dengan benar dan Injil dikhotbahkan dengan seutuhnya. Saudara yang yang berkerja di dunia sekuler, bergabunglah dalam persekutuan-persekutan dunia usaha, supaya Saudara dapat mengetahui kehendak Tuhan dan dapat menerapkan prinsip-prinip Kerajaan Allah di dunia usaha. Saudara yang sedang study, masuklah persekutuan-persekutuan bagi pelajar atau mahasiswa, agar Saudara dapat mengetahui kehendak Tuhan didalam study, pergaulan dan lainnya. Saudara keluarga-keluarga, bergabunglah dalam dalam sel-sel group di gerejamu, dimana didalam sel grup kita bisa memperhatikan sesama, menolong sesama yang berkekurangan, saling mendoakan dan mendukung.

6. Menjaga Kekudusan
“Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.” (Why 3:4-5)
Tahu saja tentang kedatangan Tuhan tidak akan menyelamatkan, tetapi mempersiapkan diri menghadapi kedatangan Tuhan itulah yang penting. Banyak anak Tuhan sangat antusias dan penasaran terhadap pemberitaan akhir zaman, dimanapun ada seminar akhir zaman dipastikan tidak ada tempat duduk yang kosong, buku-buku, majalah, film-film, hingga cd khotbah tentang akhir zaman laris terjual, sehingga berita apapun yang berhubungan tentang akhir zaman sepertinya anak-anak Tuhan sudah hafal semuanya... Namun sayang kehidupan mereka tidak berubah, tidak ada buah yang dihasilkan dalam diri anak-anak Tuhan ini dan tidak ada sedikitpun gairah yang lebih terhadap Yesus sebagai pribadi utama yang akan datang diakhir zaman. Sekali lagi, kehidupan orang-orang ini tidak berubah sedikitpun!
Tahu saja tentang kedatangan Tuhan tidaklah penting, tapi yang Tuhan inginkan bahwa pemahaman yang tepat akan masa aniaya besar seharusnya menghasilkan kehidupan yang suci dan kudus. Pada waktu Tuhan Yesus berkhotbah di Bukit Zaitun, Ia memberikan nubuat untuk mengubah hati, tidak untuk mengisi kepala kita dengan pengetahuan. Allah tidak menubuatkan masa depan hanya untuk memuaskan rasa penasaran Gereja-Nya tentang masa depan, namun Ia menyertakan penerapan praktis agar umat-Nya hidup kudus dan siap setia setiap saat agar terhindar dari masa aniaya. Pemberitaan tentang masa aniaya yang mengerikan seharusnya membuat anak-anak Tuhan mempersiapkan diri dalam kekudusan dan hidup berfokus pada Kristus supaya tidak merasakan dan menjadi saksi hidup masa kesusahan besar itu sendiri.
Menjadi kudus berarti terpisah dari dosa. Hati-hati dengan dosa tersembunyi. Bagi mereka yang bekerja, berusaha, berdagang atau melayani Tuhan baiklah melakukannya dalam kekudusan. Hati-hati terhadap penipuan, kecurangan, kejahatan dan loba. Hindari tempat-tempat yang tidak semestinya kita berada disitu (seperti: Night-club, entertainment atau karaoke dll.). Jaga perkataan kita, hindari kata-kata senonoh (II Pet 2:18), sompral, sia-sia, menghina sesama (Ams 11:12) dan mengutuki Tuhan. Jaga kekudusan pernikahan (I Tes 4:4-5), berpacaran dan pergaulan antara lawan jenis. Jaga apa yang kita lihat, tonton, baca hingga menjaga pikirkan, jaga semuanya agar tetap dalam kekudusan, hati-hati dengan tayangan-tayangan dewasa, tayangan tengah malam dari TV, film-film, pornografi tanpa batas di internet, email, BB dan kiriman-kiriman konten porno, cabul dan segala kenajisan (I Kor 5:9). Firman Tuhan dengan tegas berkata: “... kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.” (Ibr 12:14). Jika kita tidak menjaga diri dari kekudusan ponografi, maka bukan saja kita sudah melanggar Firman Tuhan, namun lebih dari itu kita akan masuk dalam dosa lainnya seperti pikiran-pikiran kotor dan masturbasi/ onani. Dan jika tidak juga bertobat maka dosa-dosa itu akan berkembang lagi menjadi dosa lainnya dan berdampak lebih besar seperti hubungan sex diluar nikah, kehamilan tanpa ayah, aborsi hingga pemerkosaan.
Hari-hari ini begitu sering ditemukan para pelayan Tuhan (yang sudah melayani di gereja) ternyata tidak menjaga kekudusan, dari luar tampak mereka adalah orang yang suci, namun ternyata mereka terikat dengan pornografi, masturbasi, hubungan sex diluar nikah dll. Ini tidak boleh terjadi lagi... Sudah seharusnya antusiasme umat Tuhan tentang akhir zaman dan kengerian masa aniaya besar kelak memacu anak-anak Tuhan untuk memeriksa kembali kehidupan mereka dalam kebenaran Firman Tuhan. Artinya bukan kita yang merasa kudus (atau dipandang oleh orang lain kudus) atau menganggap diri kita siap menghadapi pengangkatan, tetapi pertanyaannya adalah apakah Tuhan menilai kita sudah memenuhi syarat atau belum? Tuhan tidak akan mentolerir dosa tersembunyi, yang Tuhan perlukan adalah PERTOBATAN. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”  (I Yoh 1:9)
Menjaga kekudusan bukan saja akan meluputkan kita dari penderitaan hebat masa aniaya, melainkan juga meluputkan kita dari kematian kedua di neraka kekal. “Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.” (Mat 2:11b)

6. Jangan menjadi hamba Mamon / cinta uang
Inilah saatnya kita menyelaraskan kehidupan kita dengan Firman Tuhan, menetapkan prioritas-prioritas yang benar terhadap keuangan kita, hindari pemborosan materi terhadap hal-hal fana, melainkan menginvestasikan kepada hal-hal kekekalan.
 
Berikut bagaimana sikap kita orang percaya diakhir zaman terhadap uang :
Jangan cinta uang 1
Jangan melayani Tuhan karena berkat/uang
Jika kita melayani Tuhan dalam keintiman dan penyembahan, layanilah Dia bukan karena mengharapkan berkat, perlindungan, pertolongan, karunia-karunia Roh Kudus atau harta semata. Tetapi layanilah Dia karena kita mengasihi-Nya, bersyukurlah atas pengorbanan-Nya di kayu salib buat keselamatan kita. Bersyukurlah buat kasih karunia yang ia berikan kepada kita sehingga kita selamat, sebab dari miliaran orang di dunia ini, Ia telah memilih kita untuk menjadi umat kepunyaan-Nya. Sesungguhnya kita berhutang nyawa kepada Yesus. Kebaikan-Nya yang sangat besar tidak bisa kita bayar sekalipun dengan nyawa kita. Tapi kita bisa membalasnya dengan selalu berusaha menyenangkan hati-Nya. Kita bisa menyenangkan hati-Nya dengan menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran yang mencerminkan hati penuh syukur, ungkapan terima kasih, pengagungan dan kerinduan menyembah Tuhan. Kita bisa membalas kebaikan-Nya dengan memberikan penyembahan yang tulus, Ia rindu selalu bersama-sama dengan Saudara dan saya dalam perjumpaan, keakraban dan keintiman. Bukan datang kepada Tuhan bila dalam keadaan butuh, terdesak, dengan hati penuh intrik dan mengharapkan dikabulkannya segala keinginannya. Banyak anak-anak Tuhan saat ini datang beribadah hanya kerena mengharapkan bantuan diakonia, mendapatkan makan dan mencari orang yang dapat diutangi. Sungguh mengerikan jika memiliki motivasi ibadah seperti itu. Datanglah ke ibadah untuk bertemu Yesus! Kita harus mengerti, inti dari kekristenan sesungguhnya adalah memberikan seluruh hidup ini bagi Dia. Yesuslah tujuan hidup kita, bukan berkat. Kasih-Nya  sudah lebih dari cukup bagi kita.
Berkatilah Tuhan dengan apa yang kita miliki, baik dengan talenta, ucapan syukur, pujian hingga harta (bandingakan dengan wanita yang menyembah Yesus dengan membawa minyak narwastu yang mahal, Luk 7:37-38). Jangan takut, Jika kita melayani-Nya dengan sungguh-sungguh dan tanpa mengharapkan sesuatu, melainkan “membawa” sesuatu, maka berkat Tuhan akan menyertai kehidupan kita selalu. “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” (I Pet 4:7)

Jangan cinta uang 2
Jangan melayani pekerjaan Tuhan karena uang
“Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mat 6:24)
Hanya kepada satu “nama” dimana Allah membandingkan dirinya dengan sejajar, yaitu Mamon. Tuhan mengingatkan para hamba-hamba-Nya agar mengambil keputusan kepada siapa mereka akan setia. apakah kepada Dia, atau Mamon.
Hari-hari ini dunia menilai segala sesuatu dengan uang, orang akan melakukan apa saja demi uang, orang hanya akan meolong jika ada uang, isilah “tidak ada yang gratis” sepertinya sudah menjadi gaya hidup manusia di akhir zaman. Dan yang mengherankan adalah gaya hidup seperti itu telah merasuki Gereja Tuhan juga. Sepertinya Gereja telah melupakan cara hidup Gereja mula-mula yang sederhana dan saling tolong menolong. Kehidupan anak-anak Tuhan modern telah merosot ke titik dimana segala hal dinilai dengan uang. Uang telah menjadi satu-satunya yang dipedulikan melebihi apapun termasuk Tuhan. Hari-hari ini kita menyaksikan bagaimana hamba-hamba Tuhan melayani bukan karena mengasihi Tuhan dan sesama, melainkan karena imbalan (baca: uang). Para pelayan Tuhan lupa jika segala talenta yang mereka miliki adalah pemberian Tuhan, baik kemampuan berkhotbah, mengajar, memainkan musik, menulis, menyanyi dan sebagainya adalah anugerah Tuhan yang diberikan kepada anak-anak-nya secara unik dan cuma-cuma. Tapi betapa menyedihkan melihat mereka yang telah Tuhan berikan talenta hanya mau mempergunakan kemampuannya itu jika ada imbalan. Bukan suatu rahasia bila orang diminta melayani di tempat yang tidak menghasilkan uang maka akan ditolak, dengan alasan jadwal padat, sibuk pelayanan dll. Namun akan sangat menyesal bila tidak mendapat undangan/jadwal pelayanan di tempat yang menghasilkan uang. Dimana hati nurani orang seperti ini?
Kata Mamon sering diterjemah-kan sebagai “uang” saja, tetapi arti kata tersebut sebenarnya mencakup “segala macam nilai materi”, dan pemujaan materi. Dalam kamus Oxford, Mammon didefinisikan sebagai dewa kekayaan, yang dianggap sebagai jahat atau tidak bermoral; ‘orang-orang yang menyembah mammon’ yang setara dengan orang-orang serakah yang menghargai uang terlalu tinggi. Dalam bahasa Yunani mammonas berarti “segala macam kekayaan, PENGHASILAN dan KEUNTUNGAN!” Dengan kata lain, hanya ada dua macam motivasi melayani pekerjaan Tuhan, yaitu benar-benar untuk melayani Yesus dan sesama, sedangkan yang lainnya melayani untuk mendapatkan penghasilan dan keuntungan.
Di Alkitab, huruf pertama kata “Mamon” ditulis dengan huruf kapital/besar dimana penulisan seperti itu menunjukkan bahwa Mamon adalah sebuah “nama tempat” atau “seseorang/pribadi”. Jika kita melayani pekerjaan Tuhan karena uang, kita akan terus mengejar uang, sebab kita akan melayani kepada siapa yang bisa “membayar” lebih. Kita akan terus mengejarnya, “berpindah-pindah” dan akhirnya kita akan masuk ke dalam sistem agama/gereja palsu yang berpusat pada uang. Dan Alkitab menyebut agama/gereja tersebut sebagai Babel Besar, sebuah kota, si Pelacur Besar. Dimana dan kapan Babel Besar tersebut muncul? Pada masa kesusahan besar! Jadi mereka yang melayani Tuhan karena uang, mereka akan masuk masa kesusahan besar bergabung dengan hamba-hamba uang lainnya di “kota Babel”, kota ini akan termasyur untuk beberapa saat saja (yaitu 3,5 tahun), lalu dibinasakan hanya dalam 1 jam saja (Why 18:10;16;19). Bila kita mencoba melayani Tuhan sekaligus mencari hal-hal materi, kita akan kehilangan keduanya.
Jika kita melayani Tuhan, jagalah tetap agar motivasi kita melayani Tuhan benar-benar hanya untuk menyenangkan dan melakukan kehendak-Nya.

Jangan cinta uang 3
Jangan bekerja HANYA untuk uang
 “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” (Why 3:18)
Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa sebagian anak-anak Tuhan begitu diberkati secara materi. Secara tubuh orang-orang ini kaya dan tidak kekurangan apapun, apapun yang mereka mau pasti dapat dibeli, baik rumah, kendaraan, pakaian yang mewah, makanan mahal dll. Namun sayang, secara jiwa dan roh mereka miskin. Sekalipun mereka berlimpah dalam makanan sebenarnya mereka melarat, sekalipun mengenakan pakaian yang mahal-mahal sebenarnya mereka telanjang, sekalipun mereka kaya dalam harta sebenarnya mereka miskin, bahkan sekalipun secara kesehatan mereka terjamin ternyata mereka buta!
Mengapa demikian? Karena mereka hidup dan bekerja hanya untuk uang, kesuksesan dinilai bagaimana memiliki banyak uang dan menjadi kaya. Orang-orang ini hanya mencari uang dan uang, baik untuk jaminan masa depan, memenuhi kebutuhan daging dan memenuhi keinginan semata, bahkan mereka telah menjadi sombong oleh karena kekayaannya itu. Inilah yang orang-orang cinta uang. Mereka tidak memperhatikan kehidupan kerohanian yang juga perlu terpelihara dan bertumbuh. Mereka tidak pernah mempergunakan kekayaannya sedikitpun untuk memenuhi kebutuhan roh dan jiwanya sendiri, dan jika sudah tidak mengasihi roh dan jiwa sendiri bagaimana bisa mengasihi Tuhan dan sesama.
Tuhan Yesus didalam pesannya kepada Gereja-Nya di akhir zaman berkata : “Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” (Why 3:18), Jika Tuhan katakan “beli” itu berarti mereka harus membayarnya. Membayar menggunakan apa? Yaitu menggunakan apa yang dimiliki, yaitu harta (Ams 3:9), namun yang terutama adalah  dengan tubuh kita ini (Rom 12:1), jangan hanya mempergunakan tubuh ini hanya untuk bekerja dan mencari uang, sehingga 7 hari seminggu kita bekerja tanpa pernah menyisihkan waktu untuk Tuhan, keluarga, sesama dan untuk diri sendiri (beristirahat). “Sebab dari cinta akan uang, timbul segala macam kejahatan. Ada sebagian orang yang mengejar uang sehingga sudah tidak menuruti lagi ajaran Kristen, lalu mereka tertimpa banyak penderitaan yang menghancurkan hati mereka.” (I Tim 6:10, BIS). Arti “membeli” adalah:

Mempergunakan kekayaan untuk melayani Tuhan dan pekerjaan Tuhan
“Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.” (Luk 8:3)
Tuhan ingin kita mempergunakan sebagian harta kita untuk Tuhan. Tapi untuk apa, bukankah Tuhan memiliki segalanya? Tuhan memang sangat kaya, seluruh alam semesta beserta isinya ini adalah milik-Nya. Tapi maksud Tuhan “meminta” sebagian harta kita adalah untuk menguji manusia apakah mengasihi-Nya atau mengasihi harta. Inilah yang dimaksud dengan membeli emas yang telah dimurnikan, artinya sifat cinta uang, mata duitan, ingin kaya dan mengasihi harta harus dilepaskan / dimurnikan berapapun harga yang harus dibayar. Memurnikan emas bukan hal yang mudah, sebab harus dengan api yang sangat panas, jadi melepaskan cinta uang juga tidak mudah, diperlukan penundukan diri, ketaatan total kepada Tuhan, proses yang menyakitkan dan kerelaan.
Tuhan tidak perlu uang kita, ia memiliki segalanya, namun pekerjaan Tuhan memerlukan biaya yang besar, penginjilan memerlukan biaya transportasi yang tidak sedikit, pemberitaan Injil memerlukan biaya yang besar untuk mencetak Alkitab dan bahan-bahan pemuridan, pelayanan diakonia memerlukan biaya untuk memelihara jemaat yang berkekurangan, bahkan ibadah raya setiap hari Minggu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, baik untuk biaya gedung, listrik, operasional dll. Menurut Saudara darimana uang untuk membayar biaya-biaya tersebut didapat, turun dari sorga? Tidak, itulah tugas kita anak-anak Tuhan yang dipercayakan memiliki harta kekayaan. Segala milik kita adalah anugerah-Nya, Tanpa izin Tuhan kita tidak bisa memiliki apa-apa.
Bayarkan semua biaya untuk mendapat-kan emas yang murni dari sorga. Perhatikan ayat berikut, sekalipun pendek namun sangat tegas bagi mereka yang cinta akan kekayaannya melebihi apapun: “Ingatlah akan isteri Lot!” (Luk 17:32). Istri Lot tidak selamat, namun masuk dalam penghukuman Tuhan bersama-sama orang-orang Sodom dan Gomora yang jahat. Jadi ini peringatan bagi mereka yang cinta uang, hati-hati! Dunia ini sebentar lagi akan masuk dalam penghukuman hebat, pastikan kita terluput.

Mempergunakan kekayaan untuk memlihara tubuh, jiwa dan roh.
“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (I Tes  5:23)
Selain memelihara tubuh, dihari-hari terakhir ini sebaiknya kita mempergunakan uang kita untuk memelihara roh dan jiwa. Jangan habiskan uang kita hanya untuk memenuhi keinginan daging, keinginan mata dan hawa nafsu semata. Tapi perhatikan kebutuhan roh dan jiwa juga, pergunakan uang Saudara untuk mendukung pertumbuhan kerohanian Saudara dengan membeli buku-buku rohani, lagu-lagu rohani, kaset/CD/VCD khotbah yang kesemuanya membangun kerohanian Saudara.

Banyak anak Tuhan hari-hari ini tidak sayang mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk menganti handphone-nya dengan yang terbaru, namun begitu sayang membeli Alkitab baru yang hanya beberapa puluh ribu. Ada juga yang bisa menghabiskan uang puluhan juta rupiah untuk pelesiran namun begitu sayang untuk mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah saja untuk ikut retreat dan program-program pemulihan lainnya. Anak-anak Tuhan sudah terjebak gaya hidup “pembajak” dengan meng-copy dan membeli lagu-lagu rohani bajakan (Mp3) ketimbang membeli CD aslinya, padahal secara keuangan dan gaya hidup sebenarnya mereka mampu untuk membeli yang asli. Jangankan untuk membeli konkordansi Alkitab, ensiklopedia Alkitab, kamus Alkitab atau Alkitab terjemahan asli yang harganya ratusan ribu rupiah, sedangkan mengeluarkan uang untuk membeli buku-buku rohani yang hanya seharga puluhan ribu saja sudah begitu sayang. Tetapi anehnya bisa membeli majalah-majalah lux (seperti: majalah fashion, hobi musik dll.) yang cukup mahal. Anak-anak Tuhan sudah melekatkan hatinya ke hal-hal duniawi lebih dari perkara-perkara rohani. Sehingga uang yang seharusnya dapat membantu meningkatkan kerohanian, malah menjadikan mata rohaninya buta. Banyak uang, terpandang dan berkuasa namun tidak mengerti hal-hal rohani. “Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku ... minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” (Why 3:18); “Dunia dan segala sesuatu di dalamnya yang diinginkan oleh manusia, sedang lenyap. Tetapi orang yang menuruti kemauan Allah, tetap hidup sampai selama-lamanya.” (I Yoh 2:17, BIS)

Mempergunakan kekayaan untuk memelihara sesama
“Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.” (II Kor 8:14)
Dalam menjaga kebersihan orang kaya selalu membeli makanan yang terjamin kebersihannya, bermutu tinggi, bermerek dan menggunakan alat-alat makan yang hygenis, supaya makanan yang di makan terjamin kesehatannya. Secara jasmani hal itu memang benar, tapi tahukah apa yang membersihkan makanan sesungguhnya. Perhatikan Firman Tuhan berikut: “Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu.” (Luk 11:39-41). Jadi yang membersihkan makanan sesungguhnya adalah sedekah dan memberi makan orang-orang miskin. Ini berbicara tentang pemeliharaan terhadap orang miskin. Jika kita mau ikut dalam pengangkatan, harta kita harus “bersih” dan “ringan” sebab harta tersebut sering kita berikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Jika tidak, harta akan menumpuk dan terlalu berat sehingga menjadi jerat bagi pemiliknya. “...Semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus...” (I Tes  5:23). Jadi harus ada keseimbangan, selain menjaga kebersihan secara jasmani, kita juga harus menjaga kebersihan roh dan jiwa. Ketiganya harus terpelihara dengan seimbang. Jika kita memelihara kesehatan dan kebersihan tubuh kita sedemikian rupa, hendaklah kita juga menjaga kebersihan roh dan jiwa

Ada suatu kebenaran Alkitab yang sangat mengagetkan bahwa, jika kita mempergunakan harta kita bagi membantu orang miskin, maka kita sedang melakukannya bagi Kristus. Perhatikan ayat ini: “Kapan kami pernah melihat Tuhan sebagai orang asing, lalu kami menyambut Tuhan ke dalam rumah kami? Kapan Tuhan pernah tidak berpakaian, lalu kami memberi Tuhan pakaian?  Kapan kami pernah melihat Tuhan sakit atau dipenjarakan, lalu kami menolong Tuhan? Raja itu akan menjawab, Ketahuilah: waktu kalian melakukan hal itu, sekalipun kepada salah seorang dari saudara-saudara-Ku yang terhina, berarti kalian melakukannya kepada-Ku!” (Mat 25:38-40, BIS). Saudara, saat kita mengingat orang miskin, memberinya makan, memberinya pakaian, memberinya tumpangan dll., sebenarnya kita sedang memberi kepada Tuhan Yesus sendiri.

Mempergunakan kekayaan dengan kudus
“Maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku ... pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan ;...” (Why 3:18)
Di akhir zaman kehidupan manusia semakin tak terkendali, mereka makan, minum, kawin mengawinkan melebihi batas (Mat 24:37-38), menghabiskan sebagian besar uang hanya untuk bersenang-senang, pesta-pora, dan membeli barang-barang bukan karena kebutuhan melainkan lebih kepada keinginan semata. Memang hari-hari ini dunia begitu gencar menawarkan keindahan dunia. Melalui televisi, kita sedang dibawa kepada gaya hidup konsumtif. Iklan-iklan membius manusia untuk membeli barang-barang indah, acara-acara wisata menawarkan keindahan dunia, dan film-film menawarkan gaya hidup jet-set, mobil mewah, pakaian mewah, perhiasan dan segala yang high-end (merasa percaya diri hanya jika mengikuti/memiliki/memakai produk-produk terbaru). Anda bisa bayangkan juga kita menyaksikan acara-acara tersebut setiap hari tanpa batas? Hal-hal konsumtif tersebut akan menempel di alam bawah sadar dan akhirnya tanpa disadari kita akan mempergunakan uang kita untuk menjadi dan membeli seperti yang TV tawarkan. Sehingga umat Tuhan begitu asyik dengan kesenangan dunia dan mereka gagal untuk bersiaga bagi kedatangan-Nya. Sekalipun mengaku sebagai pengikut Kristus, anak-anak Tuhan kebanyakan hidupnya hanya dipenuhi bagaimana cara menghabiskan uang untuk makan enak, berwisata, membeli barang-barang mewah dll. Dan tanpa disadari, kekayaan yang Tuhan berikan kepada kita membawa kepada ketidakkudusan, gaya hidup boros, mengasihi materi dan menjauhkan diri kepada Tuhan. Beberapa anak-anak Tuhan telah menerima mode duniawi yang tidak pantas. Bagi jemaat Tuhan yang seperti ini, Tuhan berkata: “Belilah pakaian putih!”
Pakaian putih adalah pakaian paling sederhana. Warna putih adalah warna asli dari setiap pakaian yang ada. Semua pakaian mewah, berwarna-warni, bergambar dan bercorak berasal dari satu bahan, yaitu kain putih. Jadi pesan Tuhan untuk membeli pakaian putih adalah pesan bagi jemaat-Nya di akhir zaman untuk berusaha kembali kepada kesederhanaan dan kemurnian pengabdian diri kepada Kristus. Tuntutan untuk kesederhanaan dan mempergunakan kekayaan dengan kudus  sangat penting mengingat pengajaran Yesus bahwa Ia akan kembali bagi orang percaya yang setia pada saat yang tak disangka-sangka. Ingat peringatan Tuhan Yesus di Bukit Zaitun: “Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, ... maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya.” (Mat 24:15-17) Jika kita tertinggal dan melihat Antikris menyatakan diri maka tidak ada satu barang pun bisa kita selamatkan / bawa, jika kita ingin selamat.
Para pria hiduplah sederhana (Tit 2:2); Para wanita, berdandan dan berpakaianlah secara sederhana (I Tim 2:9-10). Pergunakan kekayaan agar Tuhan dipermuliakan, bukan kita! Hiduplah sederhana sekarang, daripada dipaksa hidup sederhana dalam masa penganiayaan.  “Sudah lenyap buah-buahan yang diingini hatimu, dan segala yang mewah dan indah telah hilang dari padamu, dan tidak akan ditemukan lagi.” (Why 18:14)

Beristirahatlah
“Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.” (Pkh 5:9)
Beristirahatlah, hormati hari Sabat!
Banyak orang Kristen meninggalkan pelayanan, ibadah, keluarga, bahkan melupakan Tuhan karena bekerja tanpa henti dan mengejar kekayaan. mereka berpikiran “nanti saja”, “belum ada waktu” atau “Jika saya sudah berhasil saya akan melayani Tuhan kok!”  Saudaraku, apakah kita bisa yakin bahwa Tuhan tidak akan datang besok hari? Atau siapa yang bisa menjamin bahwa Tuhan tidak akan datang malam ini? Tuhan bisa datang kapan saja, dan kita bisa mati kapan saja, tidak akan ada yang tahu...
“Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau." Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” (II Kor 6:2) Tuhan sebentar lagi datang, persiapkan diri kita untuk menyambut kedatangan-Nya. INILAH WAKTUNYA, inilah waktu perkenanan-Nya itu. Jika kita sampai tertinggal, semua harta yang kita miliki, sebesar apapun, tidak akan ada artinya apa-apa.

7. Jangan mengasihi dunia dan segala isinya
“Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu ... Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, ...” (I Yoh 2:15-18)
Tak lama lagi dunia ini akan dihancurkan dan dilenyapkan! Tak lama lagi, waktunya sudah hampir tiba. Kesudahan segala sesuatu sudah dekat (I Pet 4:7). Hari-hari ini Iblis semakin gencar menawarkan keindahan dan kesenangan dunia, seperti pada waktu ia menawarkannya kepada Yesus saat dicobai di padang gurun, tetapi Tuhan Yesus mengingatkan kita agar anak-anak-Nya waspada dan tidak terlena dalam dunia ini. Ia ingin kita waspada dan berjaga-jaga senantiasa. Jangan sampai kita melekat dengan apa yang ditawarkan dunia, apa lagi menjadi serupa dengan dunia ini (Rom 12:2).
“Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” (Yak 4:4). Tuhan menyamakan orang-orang yang mencintai dunia ini seperti para penyembah berhala, sebab dengan mencintai kesenangan-kesenangan dunia membuat hati orang-orang pilihan-Nya menjauh dari pada Tuhan, menyita waktu, meracuni pikiran dan menghabiskan uang yang seharusnya dipakai untuk kemuliaan Tuhan. Kesenangan dunia begitu banyak dan beragam dan telah menjadi candu yang sukar (tidak mau) dilepaskan oleh orang-orang percaya-Nya. Film, TV, Musik, Internet, electonic gadget & device, games, clubbing, food & hang-out, relaksasi, olah-raga, koleksi, fashion, pornografi, narkoba, rokok, prestasi, ambisi, obsesi dan segala macam hobi yang akhirnya meningkat menjadi candu dan berakhir menjadi berhala modern.
“Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.” (I Kor 6:12) Kita memang masih tinggal di dunia, kita masih perlu memenuhi kebutuhan tubuh ini, hanya saja apa bila pemenuhan kebutuhan hidup tersebut telah menyita waktu, pikiran, uang dan perhatian kita kepada hal-hal rohani pada “kadar” yang tidak sewajarnya, maka kita telah menempatkan hal-hal duniawi tersebut sebagai berhala dan menempatkan diri kita sebagai seteru Allah. Kita masih hidup di dunia, tapi jangan menjadi duniawi! Untuk menjadi musuh Allah kita tidak perlu berbuat dosa, cukup mengasihi dunia ini!

 

“Rahmat Allah itu mendidik kita supaya tidak lagi hidup berlawanan dengan kehendak Allah dan tidak menuruti keinginan duniawi. Kita dididik untuk hidup dalam dunia ini dengan tahu menahan diri, tulus dan setia kepada Allah. Sekarang kita sedang menantikan Hari yang kita harap-harapkan itu; pada Hari itu dunia akan melihat keagungan Yesus Kristus, yaitu Allah Mahabesar dan Raja Penyelamat kita.” (Tit 2:12-13, BIS). Jangan pernah menganggap remeh terhadap ketagihan hal-hal sepele yang bersifat keduniawian. Banyak dari anak-anak Tuhan telah didapati seolah-olah tidak dapat hidup tanpa Blackberry, Internet, Facebook, Twitter dan berhala-berhala modern lainnya. Berhala modern selalu dibungkus dengan kertas pembungkus yang menarik. Berhala ini dilakukan, dipikirkan, digemari dan dikagumi secara berlebih pada kadar yang tidak sewajarnya, hampir setiap saat hanya inilah yang dipikirkan, sehingga terjaga di tengah malam pun orang ini akan menulis status. Bahkan tetap dilakukan pada jam-jam kerja di kantor dan juga pada jam-jam ibadah di dalam gereja. Mata orang-orang ini telah buta terhadap dunia sekitar, sebab matanya hanya tertuju pada layar kecil berisi ratusan status dan banyolan-banyolan hampa. Tangan orang-orang ini begitu sibuk mengetik texting, bahkan saat sedang mengendarai mobil sekalipun. Berhala ini telah mengikat tangan dan kaki anak-anak Tuhan sehingga perlahan-lahan menuntun kita menjauh dari Yesus, menidurkan kita dan akhirnya kita akan menjadi seperti 5 gadis bodoh yang tertidur dan kehabisan minyak pada waktu Tuhan Yesus datang. “Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!” (Why 3:19)
Tidaklah lebih baik jika kita memperguna-kan waktu yang masih tersisa sekarang ini dengan merenungkan Firman Tuhan, berdoa dan melakukan kehendak Tuhan, seperti: melayani, memberitakan Injil dan menolong sesama. Tidaklah sebaiknya uang yang kita miliki tidak dihabiskan hanya untuk memuaskan hawa nafsu semata, tapi dipergunakan untuk kemuliaan nama Tuhan, menolong sesama, dan mengumpulkan harta di sorga (Mat 6:19-20). Ingat!, dunia ini sebentar lagi hancur dan dilenyapkan, tidak ada harta benda atau prestasi  dunia ini yang dapat menolong bila saatnya tiba. “Pada hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang dari maut.” (Ams 11:4)
Terakhir: “Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.” (Rm 8:13)

8. Mau menderita bersama Kristus
“Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! ... Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Why 2:10)
Seberapa banyak dari kita masih percaya bahwa jika kita mengikut Tuhan maka kita akan terbebas dari segala penderitaan dan aniaya. Seberapa banyak dari kita berdoa setiap hari untuk meluputkan dari segala penderitaan? Tapi tahukan Saudara bahwa Tuhan Yesus mengajak kita untuk ikut dalam Penderitaan-Nya. “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.” (Mat 10:38). Berikut adalah penderitaan/salib yang dimaksud:
Bertindak berlawanan dengan keinginan daging
Firman Tuhan berkata jangan ini... jangan itu... Tidak boleh ini... Hendaklah... dll., yang kesemuanya bertentangan dengan keinginan atau kehendak manusia/daging. Sebagai contoh: Daging ingin kita tidur dipagi hari, namun Roh Kudus ingin kita berdoa saat itu, apa yang akan kita lakukan? Atau saat kita sedang menonton TV dimalam hari, namun tiba-tiba Roh Kudus ingin kita membaca Alkitab,  apa yang akan kita lakukan? Atau jika kita memiliki uang tinggal 100.000 lagi, tiba-tiba Roh Kudus mendorong kita untuk memberikan semuanya bagi pekerjaan Tuhan, apa yang akan kita lakukan? Jika kita mau merendahkan hati menuruti Firman Tuhan dan mengesampingkan keinginan daging, maka kita sudah memutuskan menderita bersama-sama dengan Kristus. Tapi masalahnya ini tidak mudah, hanya sedikit saja orang mau melawan arus keinginannya untuk bebas dan menderita menuruti Firman Tuhan seutuhnya.
Tuhan Yesus sudah memberi teladan kepada kita sewaktu Ia hendak disalibkan. Keinginan pribadi Tuhan Yesus adalah “biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku” (Mat 26:39) Yaitu supaya Ia tidak jadi menderita dan disalibkan. Namun kata-kata berikutnya Ia berkata: “...tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Dan akhirnya Ia disalibkan. Dan oleh karena keputusan-Nya yang bertolak belakang dengan keinginan-Nya itu maka miliaran orang didunia ini diselamatkan.
Mari kita pikul salib kita masing-masing dan mau menderita melakukan Firman Tuhan, sebab penderitaan yang kita alami masih terlalu ringan bila dibandingkan dengan penderitaan Yesus di kayu salib atau penderitaan di masa aniaya besar.

Bertindak berlawanan arus dengan dunia
Beranikah kita berbeda dengan dunia ini? Maukah kita tidak melakukan apa yang dunia lakukan? Dunia diakhir zaman hidupnya boros, hi-end, glamour, materialistis, egois, pesta-pora dan berbagai sifat keduniawaian lainnya. Berusaha cara dunia adalah menipu, curang, sikut-menyikut dll. Studi cara orang dunia adalah nyontek, membolos, titip absen dll. Sedangkan cara hidup anak-anak terang harus seturut Firman Tuhan, yang berarti akan sangat berlawanan dengan cara hidup dunia ini, sedangkan kita masih hidup di dunia. Tapi itulah realita kehidupan menjadi anak-anak terang, kita harus berbeda dan melawan arus dunia, dan itu tidak mudah sebab kebanyakan dari anak-anak Tuhan tidak mau melawan arus tersebut. Mereka takut disebut fanatik dan sok kudus, takut ditinggalkan oleh teman-teman atau memang tidak mau melawan semua dosa dan hal-hal duniawi tersebut.
Lawanlah semua dosa-dosa dunia itu, jangan takut disebut fanatik atau ditingalkan teman-teman, memang itu merupakan penderitaan bagi kita selama hidup di dunia ini,  tapi Firman Tuhan berkata: “Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.” (Ibr 12:4). Penderitaan itu belum sebanding dengan apa yang dialami Tuhan Yesus, Ia ditingalkan murid-murid-Nya, dihina, dianiaya, dipermalukan hingga harus mati di kayu salib. Lebih baik melawan penderitaan melawan dosa sekarang dari pada menerima penderitaan melawan Antikris yang tidak akan bisa kita lawan.

Menanggung aniaya karena nama Yesus
“Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya” (II Tim 3:12).
Banyak aniaya yang akan kita hadapi jika kita percaya Yesus Kristus, kita akan menghadapi tantangan dari keluarga yang belum percaya Yesus, kita akan menghadapi tantangan dari kedagingan, godaan iblis, tipu daya dunia dan berbagai aniaya fisik hingga menghadapi kematian karena nama Yesus, “Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.” (Yoh 16:1-2). Kita harus siap menghadapi ini semua.

Menanggung aniaya karena memberitakan Injil
“Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah...” (II Tim 8-9)
“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!” (II Tim 4:5)
Selalu ada tantangan dalam memberita-kan Injil dan menyaksikan kebaikan Tuhan Yesus Kristus. Tapi ini merupakan kesempatan bagi kita untuk membalas kebaikan Tuhan dan jasa para penginjil sebelum kita sehingga kita bisa mendengar kabar keselamatan dan diselamatkan. Saat ini kita masih diberi kesempatan untuk memberitakan Injil, sebab saatnya akan tiba – yaitu pada masa kesusahan besar – bahwa kepercayaan pemberitaan Injil akan diberikan kepada para malaikat Tuhan (Why 14:6). Beritakan Injil dengan talenta dan kemampuan kita masing-masing, jika kita hanya bisa menyaksikan kebaikan Tuhan, lakukan itu dengan sukacita. Jika kita bisa berkhotbah, menulis, bersaksi, menjadi penginjil dll. Lakukanlah itu dengan sukarela (Ef 6:15).

Jadi, setelah kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus memberitahu bahwa anak-anak-Nya harus rela melewati berbagai aniaya dan penderitaan, maka baiklah kita tidak menghidari penderitaan tersebut, tetapi berdoa supaya Tuhan memberi keberanian dan kekuatan melewati setiap aniaya.

9. Jangan menyepelekan dosa-dosa sepele
“Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.” (Yud 1:24)

 

Tidak ada orang yang tersandung oleh batu yang sangat besar, tapi oleh batu-batu kecil. Tidak ada orang jatuh tersandung oleh pagar yang tinggi, tetapi oleh sisa-sisa pondasi pagar yang tak terlihat. Demikian juga bagi anak-anak Tuhan yang telah mengetahui kebenaran akan dosa, tidak akan melakukan dosa yang besar seperti berzinah, merampok, membunuh dan dosa-dosa besar lainnya, namun sayang anak-anak Tuhan sering tersandung oleh dosa-dosa kecil yang dianggap sepele. Banyak anak-anak Tuhan tidak merasa bersalah saat membeli VCD bajakan, melanggar rambu-rambu lalu lintas, menguntit, mengambil alat tulis kantor (ATK) dan barang-barang inventaris kantor, membeli obat tanpa resep dokter, merusak fasilitas umum, nyontek, membaca astrologi, asal-asalan dalam beribadah, sombong, sinis, bohong, dusta, berkelit, malas dan sebagainya.
Jangan sekali-kali meremehkan kesalahan atau dosa umum yang sering kita lakukan dalam hidup keseharian. Sekalipun hal sepele, kalau lama-lama dibiarkan dan sering dilakukan akan menjadi kebiasaan. Kalau sudah menjadi kebiasaan akhirnya menjadi kebal, sehingga kita tidak bisa lagi merasakan apakah sesuatu yang kita lakukan adalah dosa atau tidak.

10. Berjaga-jaga
Ketika kita menantikan Tuhan Yesus kembali, kita tidak mungkin duduk-duduk setiap saat sambil melihat ke sorga. Hidup harus berjalan terus. Ilustrasi Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya di Bukit Zaitun yang mengatakan: “Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan” (Mat 24:40), menjelaskan bahwa mereka yang menantikan Tuhan Yesus juga tetap bekerja. Sudah seharusnya anak-anak Tuhan tetap menjalani hidup dan melakukan pekerjaan serta merencanakan masa depan dengan hikmat serta pertimbangan kudus. Mereka yang berfikir bahwa dengan semakin dekatnya kedatangan Tuhan lalu meniadakan kebutuhan untuk membuat perencanaan yang bijaksana tidak memahami apa yang diperintahkan Kitab Suci. Sekalipun kita tahu bahwa sedikit waktu lagi Tuhan akan datang, namun sangat penting bahwa kita tetap rajin, bekerja keras, terus melayani-Nya dan tetap bersosialisasi dengan lingkungan. Fakta bahwa Kristus dapat datang setiap saat bukanlah alasan untuk mengundurkan diri dari melakukan pekerjaan sehari-hari. Justru sebaliknya, pengetahuan bahwa Kristus dapat muncul setiap saat semakin memacu kita untuk lebih kudus, lebih giat dalam bekerja, melayani, memberitakan Injil dan lebih lagi bersekutu dengan Tuhan.
Namun demikian, setiap melakukan aktifitas kita harus tetap memiliki sikap berjaga-jaga. “Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu.” (Why 3:3). Bagian ini akan dibahas pada edisi berikutnya.

11. Tekun menantikan kedatangan Tuhan
“Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.” (Why 3:10)
Banyak orang percaya ragu akan kedatangan Kristus yang kedua kali. Kebanyakan orang Kristen enggan membicarakan tentang akhir zaman dan kedatangan Tuhan, topik akhir zaman begitu menakutkan, sesuatu yang asing, tidak masuk akal, ragu-ragu, hanya dianggap sebagai pembicaraan orang-orang fanatik. Sebagian lagi telah undur dari kepercayaan akhir zaman karena merasa Tuhan memang tidak pernah datang, dari dulu hingga sekarang pemberitaan akhir zaman telah diberitakan, namun Tuhan tidak kunjung datang. Rata-rata orang di zaman sekarang tidak begitu lagi peduli terhadap kembalinya Kristus, padahal sasaran Kristus dari khotbah-Nya di Bukit Zaitun adalah untuk menggerakkan hati Gereja-Nya dengan hasrat untuk terus menerus waspada dan berjaga-jaga untuk menyambut kedatangan-Nya yang kedua kali.
Ketidakpercayaan Gereja-Nya sama sekali tidak akan mempengaruhi kedatangan Tuhan, tidak ada yang bisa menghalangi kedatangan-Nya, sebab bila waktunya tiba, semua itu akan terjadi (I Tes 4:16-17). Oleh sebab itu lebih baik kita mengakui bahwa semua nubuatan dalam Alkitab tentang kedatangan-Nya adalah benar-benar akan terjadi; ini hanya masalah waktu. Nantikan kedatangan-Nya dengan tekun, persiapkan diri, beritakan kabar kedatangan-Nya sebagai penghiburan terhadap saudara-saudara seiman (I Tes 4:18). Jangan pernah mengabaikan (apalagi mengejeknya, II Pet 3:3) dan menganggap kedatangan Tuhan sebagai suatu kelalaian-Nya. Dengan kata lain, ketekunan sejati dalam menyambut kedatangan Kristus mencakup kesabaran untuk menunggu dengan setia, tidak pernah kehilangan pengharapan, tidak peduli seberapa lama harus menunggu, kita harus tetap setia, berjaga-jaga dan menanti-nantikan.
Kristus memanggil kita untuk berjaga-jaga, sebab waktu-Nya akan datang secara-tiba-tiba. Ia mengumpamakan kedekatan waktu dari kembali-Nya seperti ketiba-tibaan dari air bah menurut kitab Kejadian (Luk 17:26). KEBANYAKAN orang di zaman Nuh terlanda air bah karena ketidaksiapan dan sikap yang penolakkan terhadap peringatan bencana. Ketika air bah datang, kesadaran dan penyesalan tidak akan membantu, sebab segalanya sudah terlambat. Demikian pulalah halnya kelak ketika kedatangan Kristus, menyesal kemudian tidak ada gunanya. Berjaga-jagalah dan tekun nantikan Dia senantiasa selama masih ada kesempatan!  “Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita.” (II Tim 2:12)

12. Menjadi umat pemenang
Semua contoh jemaat yang ikut dalam pengangkatan adalah para umat pemenang dari ke-7 jemaat di kitab Wahyu. Disetiap akhir pesan-Nya kepada tiap-tiap jemaat Tuhan selalu berkata “Barangsiapa menang...” . Itu berarti hanya umat pemenanglah yang akan menerima setiap janji Tuhan. Menang berarti kita lulus melakukan setiap apa yang Tuhan perintahkan seperti yang telah kita baca dari awal. Jadi inilah pesan Tuhan bagi kita agar menjadi umat pemenang, yaitu menjadi umat yang melakukan kehendak Tuhan agar terluput dari masa penghakiman Tuhan yang semakin mendekat.
Penghakiman Tuhan sering kali dimaksud-kan untuk mengoreksi, itu dimaksudkan untuk mengingatkan kita akan kebutuhan kita untuk berdamai dengan Tuhan, Ia terkadang menggunakan berbagai ujian dan kesulitan untuk mengajar dan menolong kita menjadi umat yang lebih baik demi kemuliaan-Nya. Ayo! Jadilah umat pemenang, sebab umat pemenang akan bersama-sama dengan Kristus untuk selama-lamanya. Amin. (Vs.)

Pustaka :
- Donald C. Stamps M.A., M.Div., “The Full Life Study Bible”; Life Publishers International.
- Jim Bakker, “Prosperity and The Coming Apocalipse”; Metanoia.
- John F. MacArthur, “The Second Coming”; Interaksa.
- Mark Hitchcock, “Could the Rapture Happen Today?”; Andi.
- Regina Clarinda, “Warning: Anda Sedang Menuju Neraka!”; Andi Publisher.
- Yusak Tjipto Purnomo, Ev. Drg., “7 Jemaat dalam Kitab Wahyu”; Media Injil Kerajaan